Perusahaan retail fashion dan gaya hidup, PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mencetak kenaikan kinerja sepanjang kuartal I 2018. Peningkatan itu salah satunya terdorong oleh pertumbuhan rata-rata penjualan tiap gerai atau same store sales growth (SSSG) yang membaik dibandingkan tahun lalu.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, Matahari Departement Store pada tiga bulan pertama 2018 membukukan kenaikan penjualan bersih sebesar 5,9% menjadi Rp 1,96 trilun. Kinerja SSSG Matahari di kuartal 2018 pun mulai mencatat kenaikan sebesar 4,8%, setelah pada kuartal I 2017 tercatat -3,5% seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan dan transaksi.
Sementara berdasarkan wilayah, Jakarta dan sekitarnya meyumbang sekitar 27% terhadap penjualan. Sedangkan Jawa, tidak termasuk Jakarta dan luar Jawa berkontribusi sekitar 33,6% dan 39,4% terhadap penjualan.
Peningkatan penjualan Matahari juga diikuti dengan peningkatan beban, dimana hal itu ikut menekan Ebitda dan laba bersih perseroan sehingga hanya mampu bertumbuh masing-masing sebesar 2,4% dan 1% menjadi Rp 247 miliar disertai dengan penurunan margin.
Chief Financial Officer Matahari Clarissa Joesoep sebelumnya mengatakan meski memiliki peluang pertumbuhan, perseroan tetap memandang tahun ini dengan berhati-hati karena mengantisipasi penurunan kinerja yang dialami industri retail tahun lalu sejalan dengan kondisi ekonomi dan pelemahan daya beli.
Perseroan tahun ini bahkan merevisi target pembukaan dan renovasi gerai tahun ini dari yang semula dijadwalkan 6-8 gerai baru, menjadi 4-6 gerai baru salah satunya karena mengantisipasi adanya penundaan pembangunan pusat perbelanjaan dari pihak pengembang. "Dua gerai baru akan dibuka sebelum Lebaran," ujarnya beberapa waktu lalu.
(Baca : Kinerja Kurang Bagus, Matahari Tutup Lagi Gerai Department Store)
Selain itu, perseroan juga tidak bisa menghindari penutupan gerai lantaran kontraknya telah habis, di samping kinerjanya tidak sesuai dengan ekspektasi perusahaan. Langkah tersebut kemungkinan juga dapat diterapkan tahun ini, khususnya pada gerai yang secara komersil tidak memungkinkan untuk tetap beroperasi.
Tahun ini, Matahari menargetkan pertumbuhan rata-rata penjualan per gerai sebesar 4%-6%. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan bertumpu pada sejumlah inisiatif dan pengembangan seperti pada strategi produk, logistik dan penguatan di segmen online.
Hingga kuartal I 2018, Matahari juga tercatat telah mengoperasikan sekitar 154 gerai di 73 kota di Indonesia.
Peritel produk fashion dan gaya hidup lainnya, PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) juga membukukan peningkatan kinerja pada tiga bulan pertama 2018. Pendapatan bersih MAPI meningkat 19% menjadi sebesar Rp 4,3 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,6 triliun. Laba usaha perseroan juga tercatat meningkat 36% menjadi Rp 248 miliar dengan laba bersih sebesar Rp 358 miliar, naik signifikan 510% dari kuartal I 2017 sebesar Rp 59 miliar.
Menanggapi realisasi kinerja tersebut Head of Corporate Communication of MAP Fetty Kwartati menuturkan peningkatan kinerja perseroan pada pada kuartal pertama 2018 terdampak dari sejumlah inisiatif bisnis yang dilakukan perseroan tahun sebelumnya, seperti restrukturasi unit bisnis department store serta ekspansi ke Vietnam.
Pada tahun lalu, perusahaan telah menutup dua gerai department stores yaitu Debenhams dan Lotus. Sementara tahun ini, Fetty menyatakan pihaknya akan lebih fokus pada gerai department store yang ada, seperti SOGO, SEIBU dan Galeries Lafayette.
(Baca Juga : Penjualan Lesu, MAP Tutup Seluruh Gerai New Look Tahun Ini)
"Tahun ini kami juga memiliki fokus ekspansi di segemn bisnis sport, fast fashion brands dan Starbucks. Investasi belanja modal yang kami anggarkan tahun ini sekitar Rp 800 miliar untuk menambah 60.000 meter per segi luas area gerai atau setara dengan 200 unit gerai," kata Fetty kepada Katadata beberapa waktu lalu.
Dia pun menampik perihal dampak penutupan pusat distribusi brand fashion asal Inggris, Marks and Spencer terhadap perusahaan. Perusahaan menyakan bakal tetap berfokus pada pertumbuhan merek-merek utama, mengoptimalkan penjualan e-commerce, memperkuat rantau pasok, serta memperkuat stretegi ekspansi Indochina khususnya pada pasar Vietnam.
Dengan sejumlah strategi yang perusahaan lakukan, Fetty berharap tahun ini bisa membukukan kenaikan pendapatan sebesar 15% dan laba bersih di atas 15%.
Usaha ekstra keras agaknya mesti dilakukan pengusaha retail tahun ini, setelah di 2017 pertumbuhan industri retail menyusut di kisaran 3,5% sekaligus merupakan yang terendah dalam 10 tahun terakhir. Menurut Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey, industri retail sempat mencatat pertumbuhan tertinggi di atas 12% pada 2012-2014. Lalu pada 2016 trend pertumbuhan industri perlahan turun dengan realisasi pertumbuhan sekitar 8% dan semakin tertekan di 2017 dengan angka pertumbuhan 3,5%.
Roy menuturkan salah satu alasan menurunnya trend pertumbuhan industri tahun lalu lebih disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang memilih kuliner dan jalan-jalan dibandingkan berbelanja, dan bukan dikarenakan penurunan daya beli masyarakat.
Sebab, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017 masih mencapai 5,07%. Angka itu masih meningkat meski sangat tipis dibanding 2016 sebesar 5,03%. Alhasil, omzet industri retail pada 2017 hanya mencapai Rp 212 triliun dari periode 2016 sebesar Rp 205 triliun.
Sementara itu, disrupsi perdagangan online (electronic commerce/e-commerce) juga tak bisa serta merta disalahkan. “Penjualan online masih tidak terlalu menggerus karena jumlah barang masih kecil, tapi memang memicu berubahnya perilaku konsumen,” ujar Roy.
Merespon perubahan perilaku berbelanja masyarakat, sejumlah inisiatif serta inovasi mesti dilakukan pengusaha retail. Misalnya, dengan mulai mengembangkan konsep kuliner, hiburan, dan gaya hidup atau one stop shopping dalam beberapa pembukaan gerai. Selain itu, retail juga harus mengikuti perkembangan zaman yakni dengan mulai membuka pemasaran lewat jalur online. “Harus membuka e-commerce dan juga sistem distribusi pengiriman langsung ke masyarakat,” ujarnya.
Dengan inovasi dan adaptasi yang dilakukan, Aprindo menargetkan pertumbuhan industri retail tahun ini diharapkan bisa mencapai 7%.