Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur di tingkat besar dan sedang (IBS) tahun 2017 naik 4,74% dibandingkan tahun 2016. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh naiknya produksi industri makanan yang mengalami kenaikan 9,93%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan industri makanan pada 2017 memiliki andil sebesar 27,09% terhadap total produksi IBS. "Itu merupakan pertumbuhan positif yang terbesar dibandingkan lainnya," kata Suhariyato di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2).
Suhariyanto memaparkan, pertumbuhan tersebut disusul oleh industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional sebesar 7,94% dan industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya sebesar 6,39%.
Adapun, jenis industri manufaktur di tingkat IBS yang mengalami penurunan terbesar adalah industri pengolahan lainnya sebesar -4,51%. Penurunan ini disusul oleh industri minuman sebesar -2,77% dan industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan sebesar -2,28%.
Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang tahun 2017 berada di daerah DKI Jakarta (14,10%), Kepulauan Bangka Belitung (13,34%), dan Sulawesi Tenggara (9,17%).
"Ada provinsi yang pertumbuhannya masih negatif yaitu di Aceh (-6,39%), Sumatera Utara (-3,11%), Kepulauan Riau (-2,03%), Bali (-1,26%), dan Sumatera Barat (-0,54%)," kata Suhariyanto.
Sementara itu pada kuartal IV 2017 pertumbuhan produksi IBS naik 5,15% secara tahunan dibandingkan kuartal IV 2016. Kenaikannya pun disebabkan meningkatnya produksi industri makanan yang tercatat sebesar 15,28%. Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri bahan kimia dan bahan dari kimia yang turun 12,02%.
Adapun pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil pada kuartal IV/2017 sebesar 4,74% dibandingkan tahun 2016. Kenaikan tersebut didorong oleh pertumbuhan produksi industri komputer, barang elektronik, dan optik sebesar 35,25%.
Peningkatan pertumbuhan tersebut disusul oleh industri bahan kimia dan barang dari baha kimia sebesar 18,66%, industri kertas dan barang dari kertas sebesar 17,91%, industri logam dasar sebesar 11,67%, dan industri pencetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 11,43%.
"Tapi andil peningkatan kepada total pertumbuhan IMK masih kecil," kata Suhariyanto.
Menurut Suhariyanto, andil terbesar pertumbuhan produksi IMK selama kuartal IV/2017 masih didominasi oleh industri makanan. Pasalnya, industri makanan memiliki andil pertumbuhan produksi sebesar 30,51%.
"Untuk mikro dan kecil sharenya tambah lebih besar lagi sebesar 30,51% dan kenaikannya juga lumayan di sana 9,20%," kata dia.
Untuk IMK, Suhariyanto memberikan catatan terhadap pertumbuhan industri pengolahan tembakau. Pasalnya, industri tersebut memiliki penurunan paling besar selama kuartal IV/2017 sebesar -20,45%.
"Untung share-nya kecil hanya 0,4%, tapi penurunannya lumayan tajam di sana. Tentu ini dipengaruhi oleh masa panen tembakau," kata dia.