YLKI: Keluhan Terbanyak Konsumen Selama 2017 Soal Toko Online

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi belanja online.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
19/1/2018, 16.35 WIB

Pada Desember 2017, YLKI menerima keluhan terkait barang tidak dikirimkan (17 aduan), sistem merugikan (6 aduan), refund tidak diproses (5 aduan), barang tidak sesuai (4 aduan), dan dugaan akun diretas (1). Adapun jenis masalahnya, yakni layanan komplain tidak ditindaklanjuti (16 aduan), pelayanan barang (8 aduan), pelayanan sistem (6 aduan), dugaan penipuan (2 aduan), dan dugaan kejahatan siber (1 aduan).

Baasith menambahkan, Lazada juga menjadi toko online yang kerap diadukan konsumen saat Harbolnas. YLKI mencatat ada 9 aduan terhadap Lazada selama Harbolnas.

"Toko online lainnya yang dilaporkan, yakni Shopee (3 aduan), Tokopedia (3 aduan), Akulaku (2 aduan), Blibli (2 aduan)," kata Baasith.

Head Of Public Relation Lazada Indonesia, Astrid Puspitasari, saat dikonfirmasi Katadata menyatakan belum tahu mengenai hasil riset dari YLKI dan hendak mempelajari lebih lanjut. 

Sementara itu, Tulus mengatakan, maraknya aduan tersebut disebabkan belum adanya regulasi yang tegas mengatur belanja online. Saat ini, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) soal Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (TPMSE) yang disusun Kementerian Perdagangan (Kemdag) belum diselesaikan.

"Pemerintah belum sah kan RPP itu, padahal itu payung untuk (belanja) online," kata Tulus.

Dia pun menilai belum adanya itikad baik dari penyedia jasa layanan belanja online terhadap pengaduan konsumen. "Konsumen juga tidak mengerti dalam belanja online itu sendiri," kata Tulus.

Pengurus Harian YLKI Sularsih menilai saat ini diperlukan adanya literasi belanja online untuk konsumen di Indonesia. Pasalnya, literasi konsumen terkait hal tersebut masih rendah.

"Literasi diperlukan karena belanja online akan menjadi tren ke depan," kata Sularsih.

Halaman: