Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah membuka keran impor beras khusus sebanyak 500 ribu ton melalui PT Perusahaan Perdagangan Indonesia/PPI (Persero). Sementara, masa panen padi diperkirakan akan mulai pada Februari dan mencapai puncaknya pada Maret 2018.
Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi pun khawatir jika impor akan menurunkan harga beras petani ketika panen raya. “Mudah-mudahan tidak terlalu bertabrakan,” tutur Agung, Jumat (12/1).
Namun, dia mengungkapkan impor beras dilakukan setelah ada koordinasi antarkementerian. Kebijakan diputuskan untuk menurunkan harga beras medium sebelum beras petani hasil panen raya bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Agung pun berharap stok beras kembali mengisi pasar dalam waktu 2 minggu. “Harapannya, impor yang pertama dan terakhir,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman berkeras bahwa masa panen padi akan dimulai bulan depan. Menurutnya, banjir yang terjadi akibat siklon tropis pada akhir 2017 lalu hanya merusak sekitar 40 ribu hektare dari total 400 ribu hektare ladang padi di Jawa. “Standing crop kita 5-6 juta ton, jadi masih aman,” katanya, Kamis (11/1).
(Baca: Harga Beras Mahal, Pemerintah Perluas Jangkauan Operasi Pasar)
Sementara, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menugaskan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia/PPI (Persero) untuk menjadi operator impor. “Saya pastikan bahwa beras akan masuk akhir bulan Januari,” kata Enggar di Auditorium Kementerian Perdagangan, kemarin.
Kekhawatiran soal terlambatnya impor juga disuarakan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa Menurutnya, standar pengiriman dari pelabuhan antarnegara memakan waktu sekitar 3 minggu. Belum lagi negosiasi dan penekenan kontrak yang harus diselesaikan dalam seminggu. Ditambah juga waktu distribusi yang menghabiskan paling sedikit 2 minggu.
Dwi memperkirakan, pendistribusian beras impor baru akan sampai kepada konsumen pada akhir Februari atau awal Maret. “Celakanya, sudah panen raya,” ujarnya melalui telepon.