Jadi Holding Tambang Beraset Rp 88 T, Inalum Bidik Saham Freeport

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. Arviyan Arifin (kiri), Direktur Utama PT Inalum Budi Guna Sadikin (kedua kiri), Direktur Utama PT Timah Tbk. Mochtar Riza Pahlevi Tabrani (kedua kanan), Direktur Utama PT Antam Tbk. Arie Prabowo Ariotedjo (kanan) bertumpu
Penulis: Miftah Ardhian
29/11/2017, 20.26 WIB

Pertama, membangun smelter grade alumina bersama dengan Inalum, yang akan memulai proses konstruksi 4-5 bulan ke depan. Kedua, sinergi Antam dan Bukit Asam (PTBA) untuk membangun pembangkit listrik di Halmahera Timur sebesar 100-120 megawatt (MW). 

(Baca: Termasuk Akuisisi Freeport, Aset Holding Tambang Bakal Tembus Rp 200 T)

Ketiga, sinergi dengan PT Timah, yakni terkait dengan jasa eksplorasi. Menurut Arie, Antam memiliki jasa eksplorasi yang lebih mumpuni dibanding perusahaan lainnya, terutama terkait geomine. Keempat, Antam akan melepas aset pembangkit listriknya ke PTBA yang akan digunakan untuk hilirisasi.

"Kami cari mitra yang punya kemampuan teknologi dan produksi. Mereka juga mampu melakukan financing terhadap proyeknya," ujarnya.

PT Timah menyiapkan capex Rp 2,8 triliun tahun depan. Direktur Utama PT Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan selain sinergi dengan anggota holding, perusahaannya juga akan mengembangkan smelter baru untuk mengoptimalkan kapasitas yang ada saat ini. Lalu, ada juga pengembangan Wilayah Kerja (WK) pertambangan yang baru.

"Dalam waktu dekat kami umumkan WK baru untuk peningkatan cadangan dan produksi," ujarnya.

Sementara Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengaku telah menyiapkan capex Rp 4-5 triliun untuk 2018. Dana ini akan digunakan untuk melakukan beberapa ekspansi. Pertama, pengembangan energi listrik yakni pembangunan PLTU Sumsel 8 yang akan konstruksi pada awal tahun depan. Kedua, sinergi dengan Antam membangun PLTU untuk kebutuhan smelter di Halmahera Timur.

Ketiga, mengakuisisi PLTU milik Antam. Keempat, bekerja sama dengan Inalum untuk membangun pembangkit dengan kapasitas 2300 MW untuk kebutuhan pertambangan. Kelima, pengembangan logistik terkait dengan angkutan, yakni pengembangan kapasitas pelabuhan dan pengembangan jalur baru. Keenam, hilirisasi produk batu bara.

"Kami akan membuat produk downstream. Batubara itu kan bisa menjadi urea, petrochemical, LPG, melalui proses gasifikasi," ujarnya.

(Baca: Aturan Holding Jadi Sentimen Positif Saham BUMN Tambang)

Halaman: