Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 474 juta pada Mei 2017. Ini merupakan surplus terendah dalam setahun terakhir atau sejak Mei 2016. Penyebabnya adalah lonjakan impor, khususnya impor nonmigas.
Sebelumnya, pada April 2017, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 1,24 miliar. Sementara pada Januari, Februari, Maret 2017 yang masing-masing US$ 1,43 miliar, US$ 1,26 miliar, dan US$ 1,40 miliar.
"Sehingga surplus neraca dagang Januari-Mei cukup tinggi sebesar US$ 5,9 miliar. Periode yang sama tahun lalu US$ 3,02 miliar," kata Deputi Bidang Statistik Sosial Sairi Hasbullah saat konferensi pers di kantornya, Kamis (15/6).
Sairi mengungkapkan, nilai ekspor Indonesia pada Mei lalu mencapai US$ 14,29 miliar. Angka ini naik 7,62 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada bulan Maret 2017. Sementara itu, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, nilai ekspor pada bulan lalu melonjak 24,08 persen.
(Baca juga: Neraca Dagang April Surplus US$ 1,24 Miliar, Terendah Sepanjang 2017)
BPS mencatat, pada Mei 2017, ekspor pada sektor minyak dan gas (migas) mencapai US$ 1,26 miliar atau naik 22,36 persen dibandingkan April 2017. Sementara itu, ekspor nonmigas tercatat naik 6,37 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dari US$ 12,24 miliar menjadi US$ 13,02 miliar.
Adanya tren kenaikan harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO) dan batubara turut menunjang kinerja ekspor nonmigas Indonesia. "Pada sektor ini ekspor CPO kita baik sekali dan juga ekspor bahan bakar mineral," kata Sairi.
Sementara pada sisi impor, BPS mencatat pada Mei 2017 nilainya mencapai US$ 13,82 miliar. Angka itu naik secara bulanan sebesar 15,67 persen dibandingkan April 2017 dan tumbuh 24,03 persen dibandingkan Mei 2016 atau secara year on year.
Impor pada sektor migas tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,54 persen dibandingkan bulan April dari US$ 1,65 miliar menjadi US$ 1,82 miliar. Sementara itu, impor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 16,49 persen secara month to month dari US$ 10,3miliar menjadi US$ 12 miliar.
Kenaikan impor nonmigas ditunjang oleh golongan mesin dan peralatan mekanik yang mencapai US$274,6 juta atau naik 17,64 persen dibandingkan April 2017. "Ada kenaikan impor karena siklus industri yang meningkat saat memasuki bulan Ramadan," kata Sairi.