Kuartal I, Investasi Sektor Kimia dan Tekstil Rp 22,17 Triliun

Katadata | Arief Kamaludin
Penulis: Pingit Aria
2/5/2017, 17.06 WIB

Kementerian Perindustrian mencatat nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil dan aneka sebesar Rp 22,17 triliun pada kuartal pertama 2017. Jumlah itu baru 14,58 persen dari total nilai investasi yang ditargetkan untuk tahun 2017 sebesar Rp 152 triliun.

Pemerintah masih optimistis target itu dapat dikejar pada pertengahan hingga akhir tahun, karena pada kuartal pertama siklus industri belum berjalan optimal. “Selain peningkatan daya saing dan produktivitas, penumbuhan populasi industri juga menjadi fokus kami untuk mendorong pertumbuhan industri nasional,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Selasa (2/5).

(Baca juga: Kuartal I 2017, 25 BUMN Menderita Kerugian Rp 3 Triliun)

Sigit menyebut, populasi sektor industri kimia, tekstil, dan aneka mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 591 perusahaan pada 2015, menjadi 677 perusahaan pada 2016. Tahun ini, Kementerian Perindustrian menargetkan populasi di ketiga sektor ini akan mencapai 753 perusahaan.

Dalam upaya merealisasikan targetnya tahun ini, Sigit menyebutkan, Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri pupuk dan petrokimia di Papua Barat (Bintuni), serta memfasilitasi pembangunan pabrik petrokimia di Masela.

(Baca juga:  Alfamart Akan Buka 400 Gerai di Filipina Tahun Ini)

Selanjutnya, pembangunan industri berbasis gasifikasi batubara juga dilakukan di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan (Muara Enim), dan Lampung (Mesuji). Sementara, pembangunan industri turunan amonia berbasis gas di Sulawesi Tengah (Donggi Senoro), serta pembangunan pabrik bahan baku obat berbasis Minyak dan Gas (Migas).

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengaku optimistis industri pengolahan non-Migas dapat tumbuh di kisaran 5,2-5,4. Hal itu akan tercapai dengan syarat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1-5,4 persen pada tahun 2017. “Terutama dengan adanya penurunan harga gas industri dan harga komoditas mulai bangkit,” tuturnya.

(Baca juga:  Pertamina Impor Gas dari Exxon untuk Tutupi Defisit pada 2020)