Selalu Defisit Dagang, Jokowi Minta Permudah Ekspor pada Raja Salman

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud (kiri) melambaikan tangan di beranda Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).
Penulis: Pingit Aria
2/3/2017, 10.50 WIB

Keempat hal tersebut yaitu harga yang kompetitif, kecukupan suplai, lulus uji Saudi Accreditation and Standardization Organization (SASO) dan Saudi Food and Drug Authority (SFDA). “Serta yang pasti memenuhi persyaratan produk halal,” ujarnya.

(Baca juga: Raja Salman Menginap di Hotel Raffles, Sebagian Dimiliki Keponakannya)

Tak hanya oleh pemerintah, upaya peningkatan ekspor juga dilakukan oleh para pengusaha Indonesia. Sore nanti, pengusaha dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan menemui puluhan pengusaha Arab Saudi yang turut dalam rombongan Raja Salman di Jakarta.

Berdasarkan data BPS, nilai total perdagangan nonmigas Indonesia-Arab Saudi pada 2016 mencapai US$ 4,05 miliar. Di mana, Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,39 miliar.

Sepanjang tahun lalu, Indonesia hanya mengekspor produk nonmigas sebesar US$ 1,33 miliar ke Arab Saudi. Sementara, impor kita terdiri dari US$ 2,02 miliar produk migas dan US$ 705 juta produk nonmigas.

(Baca juga: Tiba Lebih Cepat, Raja Salman Disambut Jokowi dan Disalami Ahok)

Kondisi tersebut telah lama terjadi. Meski, BPS juga mencatat bahwa tren defisit perdagangan Indonesia terhadap Arab Saudi pada 2011-2015 menurun 17,41 persen karena berkurangnya impor migas.

Beberapa produk ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi adalah kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, tuna, karet dan produk karet, plywood, kertas dan produk kertas, bubur kertas, arang kayu, serta tekstil dan produk tekstil.

Halaman: