Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. Salah satu agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah upaya ekspor tekstil Indonesia ke Negeri Paman Sam melalui perjanjian bilateral.

“Itu kita bicarakan, bisa tidak didorong perjanjian bilateral secara lebih cepat, karena sekarang ekspor produk tekstil kita kan kena bea masuk 12,5 persen,” kata Airlangga di Kantornya, Senin (13/2).

Ia menyatakan bahwa hal itu penting bagi Indonesia agar tetap bisa bersaing dengan Vietnam dan Bangladesh yang telah memiliki perjanjian perdagangan bebas.

(Baca juga: Pengusaha: Industri Penunjang Migas Kurang Berkembang Akibat Impor)

Menurutnya, dalam pertemuan sore tadi, kedua belah pihak menyampaikan keinginan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan. Sebab baik Amerika Serikat maupun Indonesia melihat kedua negara sebagai pasar yang strategis dan saling melengkapi.

“AS menjadi salah satu pasar strategis dan ekonomi kedua negara bersifat complimentary di mana AS bisa menghasilkan teknologi dan modal. Selama ini AS kan masuk ke sektor yang padat modal,” katanya.

Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor ke Negeri Paman Sam pada 2016 mencapai US$ 15,68 miliar senilai Rp 208,6 triliun, tumbuh 2,46 persen dari tahun sebelumnya.

(Baca juga: Pemerintah Siapkan Insentif Besar Bagi Investor Kawasan Industri)

Sementara berdasarkan data Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, kontribusi tekstil, produk tekstil, dan alas kaki mencakup 31 persen dari total ekspor Indonesia ke AS. Airlangga mengatakan ia juga ingin meningkatkan komitmen kerjasama dagang dengan perusahaan seperti Nike dan alas kaki lainnya.

“Bisa kerja sama di produk sepatu, misalnya Nike karena Indonesia kan salah satu produsen brand mereka yang besar. Itu sebagai model yang lain,” katanya.

Berdasarkan data dari US Department of Commerce yang diolah Atase Dagang Washington DC, nilai perdagangan Indonesia-Amerika Serikat per Januari-November 2016 tercatat sebesar US$ 23,1 miliar. Di mana, Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar US$ 12,3 miliar pada periode tersebut.

(Baca juga:  Dipanggil Jokowi, Darmin Yakin Ekonomi Bisa Tumbuh Sampai 5,8 Persen)

Reporter: Muhammad Firman