Sempat Terpuruk, Bisnis Tambang Mulai Bangkit di Akhir 2016

www.npr.org
tambang freeport
6/2/2017, 20.49 WIB

Sementara itu, dari segi pertumbuhan bisnis, BPS mencatat pertumbuhan tertinggi dialami sektor jasa. Rinciannya, jasa keuangan dan asuransi 8,9 persen, jasa informasi dan komunikasi 8,87 persen, dan jasa lainnya 7,8 persen.

Sektor lainnya yang juga tumbuh cukup tinggi, di atas 5 persen, yaitu   transportasi dan pergudangan, jasa perusahaan, pengadaan listrik dan gas, konstruksi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan akomodasi makanan dan minuman.

Meski semua sektor tumbuh positif pada kuartal IV 2016, namun seperti disinggung sebelumnya, pertumbuhan ekonomi hanya 4,94 persen. Alhasil, secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi tahun lalu cuma 5,02 persen atau meleset dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 5,2 persen.

Suhariyanto mengatakan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi karena belanja pemerintah yang lebih rendah dibanding kuartal IV-2015. Realisasi belanja pemerintah sebesar Rp 549 triliun atau 26,36 persen dari pagu, lebih rendah dibanding periode sama 2015 yang mencapai Rp 537,75 triliun. (Baca juga: Belanja Pemerintah Rendah, Pertumbuhan Ekonomi 2016 di Bawah Target)

Pada kuartal IV-2016, BPS mencatat pertumbuhan konsumsi pemerintah terkontraksi 4,05 persen. Penurunan ini lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yang hanya mius 2,97 persen. Maka secara keseluruhan tahun, konsumsi pemerintah turun 0,15 persen dibanding 2015.

Yang mendorong pertumbuhan yakni pertumbuhan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 6,72 persen. Realisasi ini lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya 6,65 persen. Sepanjang tahun tumbuh 6,62 persen. “Pendorongnya ini karena pemilihan kepala daerah (Pilkada),” kata Suhariyanto.

Halaman: