Pergantian tahun ini ditandai dengan kenaikan harga cabai rawit. Di beberapa daerah di Kalimantan, harganya sampai tembus Rp 250 ribu per kilogram. Pemerintah pun menugaskan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk mengurusnya.
Hal itu dinyatakan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan. "Kita tetap lakukan pasokan ke sana, cuma sekarang menugaskan BUMN yang saya bilang itu PPI untuk berkomunikasi di mana sentra produksi," kata Oke, di Kamis (5/1/2016).
Menurut Oke, harga cabai mahal karena faktor cuaca yang menghambat pengiriman. Akibatnya, ada kekurangan pasokan di pasar-pasar. "Stok ada, cuma distirbusinya terhambat cuaca, kondisi jalan nggak bagus, antrian teralu banyak," ujar Oke.
(Baca juga: Jelang Tahun Baru, Harga Cabai Rawit Terus Naik)
Ia optimistis harga cabai akan segera turun. Melonjaknya harga cabai hingga Rp 250 ribu per kilogram di Pasar Segiri, Samarinda, Kalimantan Timur, menurutnya hanya sementara. "Itu kan adhoc kita sudah menugaskan BUMN kita, itu kan cabai rawit. Saat ini saja, besok belum tentu," kata Oke.
Sementara Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Spudnik Sujono menyatakan, penugasan untuk PPI sebenarnya telah diteken sejak akhir Desember 2016 lalu. Namun, pelaksanaannya belum maksimal. "PPI masih coba-coba," ujarnya.
Ia mengatakan, PPI hanya bisa menyerap 70 persen dari total cabai yang ditawarkan oleh Kementerian Pertanian. Sebabnya, perusahaan pelat merah itu belum memiliki fasilitas penyimpanan dan distribusi yang memadai untuk produk segar seperti cabai. "Belum diambil semua, sekarang masih sedikit," kata dia.
(Baca juga: Cabai dan Bawang, Penyumbang Inflasi Terbesar 2016)
Skema kerja sama yang ditawarkan itu, menurut Spudnik, juga melibatkan kelompok tani mitra Ditjen Hortikultura (Champion). Di mana, para petani itu mendapat bantuan fasilitas dari Kementerian Pertanian, dengan syarat menjual produknya pada pemerintah, atau perusahaan yang ditunjuk pemerintah.
Menurut Spudnik, pasokan cabai dan bawang merah dari Champion menyumbang 30 persen total kebutuhan DKI Jakarta. Pada November hingga Desember 2016, Champion memasok 8-10 ton cabai per hari.
Struktur Biaya Produksi Tanaman Cabai rawit per Hektare Musim Kemarau
Sekretaris Perusahaan PPI, Syailendra belum bisa dimintai tanggapan mengenai hal ini. “Masih rapat,” katanya saat dihubungi melalui telepon.
Sementara, harga cabai rawit di Pasar Mampang Prapatan, Jakarta, hari ini mencapai Rp 130-140 ribu per kilogram. Kenaikannya mulai terasa sejak Natal 2016 lalu. “Waktu Natal harganya masih Rp 80 ribu, naik terus sejak itu,” kata Sri Samini, sang pedagang.
Angka tersebut terbilang tinggi, sebab menurut laman pemantau harga bahan pangan milik Pemerintah DKI Jakarta, harga rata-rata cabai rawit merah di seluruh penjuru Ibu kota hari ini Rp 112 ribu per kilogram.
(Baca juga: Menteri Amran Klaim Keberhasilannya Capai Kedaulatan Pangan)
Sebaliknya, harga cabai merah keriting yang pada November 2016 lalu sempat mencapai Rp 90 ribu per kilogram, kini justru turun menjadi Rp 48-50 ribu per kilogram.
Sri yang setiap hari membeli 4-5 kuintal cabai dari Pasar Induk Kramatjati mengaku tak tahu apa yang membuat harga berubah begitu cepat. “Yang pasti saya tidak ambil untung banyak,” katanya.