PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mendapat hadiah dari pemerintah, karena kesediaannya menggarap proyek tol Trans Sumatera. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengelola tol ini dipastikan akan memenangkan lelang proyek tol Jakarta – Cikampek II.
AVP Corporate Communication Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan dukungan Jasa Marga terhadap pembangunan Trans Sumatera menjadi salah satu pertimbangan pemerintah. Jasa Marga menggandeng PT Ranggi Sugiron Perkasa untuk lelang tol Jakarta – Cikampek II. Jasa Marga memegang porsi terbesar, yakni 80 persen, sedangkan Ranggi Sugiron 20 persen.
"Keunggulan kami dalam lelang ini adalah dukungan ruas tol Terbanggi Besar - Kayu Agung sepanjang 12 kilometer," kata Dwimawan dalam keterangan resmi Jasa Marga akhir pekan lalu. (Baca: Hutama Karya Manfaatkan Dana Repatriasi untuk Proyek Trans Sumatera)
Proyek tol Jakarta – Cikampek II menelan investasi Rp 16 triliun, dengan biaya konstruksi sebesar Rp 10 triliun. Tol layang sepanjang 36,4 kilometer ini akan mulai konstruksi awal tahun depan, dengan waktu pengerjaan 15 bulan. Rencananya akan dibangun dari Cikunir hingga Karawang Barat. Jasa Marga akan mendapat konsesi tol ini selama 40 tahun.
Proyek tol ini menggunakan sistem bangun, guna, serah atau build, operate, transfer (BOT). Dengan sistem ini. Sistem ini memungkinkan penerima konsesi mendapatkan kembali biaya investasi, operasi, dan pemerliharaan yang telah dikeluarkan, sebelum diserahkan kepada pemerintah.
(Baca: Tarif Tol Cikampek Naik Pekan Depan Sesuai Inflasi)
Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman meyakini pembangunan proyek ini dinilai sangat mendesak. Ini lantaran pertumbuhan industri di kawasan Bekasi dan Cikarang sangat tinggi, sehingga menimbulkan kemacetan di tol tersebut.
“Jakarta-Cikarang panjangnya hanya 30 kilometer, namun waktu tempuhnya bisa lebih dari satu jam,” kata Adityawarman.
Kepadatan pengguna yang terjadi di tol Jakarta – Cikampek. Jasa Marga mencatat pada Maret lalu volume kendaraan di tol tersebut mencapai 18,7 juta kendaraan, tumbuh 5 persen dari periode yang sama tahun lalu. Rasio volume terhadap kapasitas kendaraan atau Volume to Capacity (V/C) di tol ini telah mencapai 1.51.
Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mempertimbangkan teknis pembangunan proyek ini dalam dua jalur, yani jalur layang atau pembangunan ruas tol baru di sebelah selatan tol yang sudah ada. Direktur Jenderal Bina Marga juga sedang mengkaji tol ini bisa terintegrasi dengan moda trasportasi lain, misalnya kereta cepat Jakarta – Bandung dan kereta listrik ringan atau Light Rail Transit/LRT yang dibangun oleh PT Adhi Karya.