Minat Investasi Naik 119 Persen, Mayoritas dari Sektor Kelistrikan

KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis: Safrezi Fitra
3/2/2016, 16.51 WIB

KATADATA - Minat Investor menanamkan modalnya di Indonesia masih cukup tinggi. Ini terlihat dari komitmen investasi yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada bulan pertama tahun ini yang mencapai Rp 206 triliun. Angka ini meningkat 119 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 94 triliun.

Kepala BKPM Franky Sibarani dari total komitmen investasi tersebut, sektor kelistrikan merupakan penyumbang paling besar, hingga 35 persen. BKPM mencatat komitmen investasi dari sektor ini mencapai Rp 71 triliun. Kelistrikan termasuk dalam kelompok sektor manufaktur yang merupakan investasi prioritas di BKPM.

Catatan komitmen invetasi yang masuk di BKPM, bisa menepis anggapan rencana penutupan pabrik Panasonic dan Toshiba mencerminkan lesunya industri elektronik di Indonesia. Izin prinsip yang diterbitkan untuk sektor elektronik pada Januari 2016, meningkat hingga 85 persen menjadi Rp 530 miliar.

"Sektor berikutnya adalah logam dasar, mesin, dan elektronik sebesar Rp 60 triliun, kawasan industri sebesar Rp 24 triliun, angkutan transportasi Rp 19 triliun, dan kimia dasar sebesar Rp 5 triliun," kata Franky, di Jakarta, Rabu (3/2). (Baca: Sepekan, Dua Lembaga Tetapkan Rating Layak Investasi Indonesia)

Total komitmen investasi yang ditandai dengan diterbitkannya izin prinsip dari investor dalam negeri (PMDN) tercatat hanya Rp 38 triliun. Sisanya sebesar Rp 168 triliun merupakan investasi asing (PMA). Berdasarkan negara, komitmen investasi paling banyak berasal dari Singapura yang mencapai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 96,5 triliun. Kemudian disusul oleh Cina sebesar US$ 2,8 miliar dan Belanda sebesar US$ 316 juta.

Sebanyak tujuh perusahaan atau sekitar 15 persen dari komitmen investasi pada bulan lalu diajukan menggunakan layanan investasi tiga jam. Rencana investasi dari tujuh perusahaan asing ini bisa menyerap hingga 2.385 orang tenaga kerja langsung di Banten, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

Menurut Franky, tingginya komitmen investasi Januari karena investor menganggap situasi politik dan keamanan di Indonesia masih baik. Hal ini dicerminkan dari pelaksanaan 263 pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berjalan relatif aman sehingga investor merasa tenang untuk berinvestasi. "Penanganan bom Thamrin cukup cepat. Bahkan ketika saya ke Jepang, tidak ada satu pun investor yang menanyakan hal tersebut," ujarnya.

Selain itu Franky juga menyoroti pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2015 yang mengalami perbaikan. Ini juga diimbangi langkah perbaikan seperti layanan perizinan investasi tiga jam yang diluncurkan BKPM. (Baca: Menguat 6 Persen, Rupiah Terbaik atas Mata Uang Utama Dunia)

Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan pihaknya akan mengawal beberapa proyek dari komitmen investasi bisa terealisasi. "Misalnya ada masalah bahan baku atau konsesi dan perjanjian off take (pembelian hasil produksi), itu akan kami fasilitasi," ujarnya.

Selama ini tidak semua komitmen investasi yang masuk ke BKPM, bisa direalisasikan. Dia mencontohkan rasio investasi Cina pada tahun lalu yang hanya 7 persen dari total komitmen investasinya yang mencapai Rp 277 triliun.

Reporter: Ameidyo Daud Nasution