Harga CPO Turun, Kemendag Revisi Target Ekspor 5 Persen

CPO KATADATA|Agung Samosir
KATADATA | Agung Samosir
Penulis:
Editor: Arsip
2/10/2014, 15.01 WIB

KATADATA ? Kementerian Perdagangan berencana merevisi target ekspor tahun ini sebesar 5 persen. Hal ini dilakukan setelah harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) terus mengalami penurunan saat ini.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan pemerintah akan merevisi target ekspor, jika dalam dua pekan ke depan harga CPO belum menunjukkan perbaikan. "Kalau nggak ada terobosan (kenaikan harga), kita akan revised down dari target ekspor. Perkiraan (turunnya) 5 persen," kata dia, di kantornya, Jakarta, Kamis (2/10).

Pada tahun ini, pemerintah mematok target ekspor sebesar US$ 190 milliar. Jika direvisi, pemerintah hanya akan menargetkan sebesar US$ 180,5 miliar. (Baca: Neraca Perdagangan Agustus Defisit US$ 318 Juta)

Menurut dia, ekspor CPO mencapai lebih dari US$ 20.000. Sementara, sejak awal tahun harga terus mengalami penurunan hingga 25 persen. Lutfi menyebutkan, pada Januari 2014 harga CPO mencapai US$ 920 per ton, dan Agustus ini turun menjadi US$ 726 per ton. 

Turunnya harga ini dikarenakan permintaan global akan CPO berkurang. Selain itu, dari dalam negeri, penggunaan CPO juga tidak terlalu banyak. Menurut Lutfi, jika ada sektor baru yang menggunakan CPO untuk usahanya, akan bisa mendorong penguatan harga. (Baca: Kemendag: Circle K Jual 100 Persen Produk Lokal)

"Kalau solar itu diganti kelapa sawit, seperti dimandatkan. Maka nggak akan signifikan dari harga CPO melemahnya," kata dia.

Meski ada rencana untuk merevisi target ekspor tahun ini, Lutfi masih optimistis ekspor tahun depan akan ada perbaikan. Hal ini karena masih ada harapan dari industri lain yang bisa menyumbang ekspor lebih besar. Terutama untuk industri teknologi tinggi, seperti kendaraan bermotor.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui kinerja ekspor pada Agustus tahun ini berbeda dari biasanya. Tren ekspor biasanya meningkat pada bulan Agustus, tapi tahun ini malah turun. Sebaliknya, pada kuartal III kinerja impor biasanya rendah, saat ini justru meningkat. (Baca: Program LCGC Perbaiki Neraca Perdagangan RI)

Menurut Kepala BPS Suryamin, melemahnya harga sawit memberikan pengaruh cukup besar pada kinerja perdagangan.

"Minyak lemak nabati turun, 17,7 persen. Itu karena penurunan harga kelapa sawit hanya USD 92,4 per metrik ton, dibandingkan tahun lalu. Agustus lalu harga sawit per Juli juga turun hampir 9 persen. Padahal ini ekspor nomor dua (terbesar) Indonesia," kata Suryamin. (Baca: Pasar Takut Kebijakan Ekonomi Jokowi Tersandera)

Reporter: Desy Setyowati