Menjalankan bisnis di tengah situasi pandemi Covid-19 adalah tantangan tersendiri. Selain pembatasan sosial yang membuat masyarakat tak leluasa berbelanja, banyaknya pemutusan hubungan kerja atau PHK juga menurunkan daya beli.
Bank DBS Indonesia pada pertengahan April lalu telah menyelenggarakan SME Academy Talks secara online. Acara #SMEAcademyTalks bertujuan untuk memberikan wawasan bagi pelaku bisnis khususnya usaha kecil dan menengah atau UKM di tengan pandemi.
Sesi tersebut menghadirkan Yasa Singgih, founder merek fashion pria terkenal Men’s Republic. Yasa berbagi pengalaman dan saran yang dilakukannya untuk tetap bertahan. Hadir pula Rudi Antoni, seorang pakar bisnis yang turut memberikan tips untuk pelaku usaha di masa-masa sulit ini.
Yasa bercerita bahwa bisnis yang sudah dijalankannya sejak semester pertama sewaktu kuliah itu juga terkena dampak dari pandemi yang saat ini sedang terjadi di seluruh dunia. Bahkan ia sendiri telah merasakannya sejak Januari, sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama positif virus corona pada Awal Maret 2020 lalu.
Yasa menjelaskan, supply chain bisnisnya terganggu karena bahan pasokan dari Cina terhambat. Seperti yang kita ketahui bahwa Cina adalah negara pertama yang terjangkit Covid-19. Terganggunya rantai pasokan tersebut menyebabkan produksi Men’s Republic melambat.
(Baca: Alibaba Kucurkan Rp 462 Miliar, Bantu UKM Atasi Krisis Corona)
Selain itu, meski model bisnis dijalankan secara online, namun penjualan perusahaan juga terpukul karena kebijakan physical distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebab, konsumen menjadi lebih fokus berbelanja untuk kebutuhan primer seperti makanan dan alat kesehatan, daripada kebutuhan sekunder dan tersier.
Sebagai pelaku usaha, diperlukan beberapa langkah untuk dapat bertahan. Perubahan pada pengaturan arus keuangan perusahaan perlu dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan bisnis agar berkelanjutan. Salah satunya dengan efisiensi sehingga kas perusahaan dapat digunakan untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Berikut adalah saran dan pengalaman yang dibagikan oleh Yasa bagi para pelaku usaha dalam menghadapi perubahan pasar:
1. Mengatur cash flow
Yasa mengubah caranya dalam menjalankan bisnis, dari yang semula mode attack menjadi mode survival. Upaya yang dilakukan mulai dari efisiensi biaya untuk kegiatan branding, menunda kegiatan ekspansi perusahaan, hingga menunda campaign lebaran.
Dalam internal perusahaan, diberlakukan unpaid leave, pemotongan gaji bagi beberapa karyawan, bahkan dirinya sendiri tidak mengambil gaji. Langkah tersebut dibutuhkan untuk menjaga cash flow jangka panjang mengingat belum adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir.
(Baca: Bansos Pemerintah Saat Corona Tak Cakup Rentan Miskin, Apa Dampaknya?)
2. Berempati dan menjaga komunikasi
Menurut Yasa yang terpenting dalam menjalankan bisnis adalah bukan hanya sekadar untung tetapi juga menyediakan apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kondisi saat ini, alat kesehatan menjadi hal yang sangat dibutuhkan, maka Men’s Republic memproduksi dan menjual masker.
Ia juga menyampaikan kepada pelanggan bahwa dengan membeli produk tersebut, mereka telah membantu para pengrajin untuk tetap dapat bertahan hidup, dan juga membantu masyarakat agar mudah mendapatkan pasokan masker.
Secara aktif menginformasikan apa yang perusahaan lakukan untuk mencegah penularan virus seperti melakukan penyemprotan disinfektan pada gudang, dan pengecekan suhu tubuh pekerja. Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan kepercayaan konsumen bahwa perusahaan peduli terhadap kondisi saat ini.
Rudi Antoni, sebagai seorang pakar bisnis menambahkan, juga membenarkan bahwa pada situasi saat ini penting bagi perusahaan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen, karyawan, komunitas, juga mitra.
(Baca: Direspon Positif Masyarakat, Inilah Fakta Kartu Prakerja)
3. Pengaturan karyawan
Yasa juga memberlakukan Work From Home (WFH) dan mewajibkan karyawannya untuk mengisi aplikasi update pekerjaan guna menjaga produktivitas perusahaan.
Rudi menambahkan, pelaku bisnis juga perlu untuk membuat rencana harian dengan minimal enam aktivitas yang harus dilakukan mulai dari yang paling prioritas, atau yang dapat memberikan pemasukan bagi perusahaan.
4. Strategi marketing yang baru
Selama masa pandemi ini, terjadi pergeseran kebutuhan di dalam masyarakat. Mereka cenderung akan mengesampingkan hal-hal sekunder, seperti kebutuhan fesyen, termasuk sepatu. Memberikan potongan harga untuk semua produk adalah salah satunya.
Melihat upaya yang dilakukan Yasa tersebut, Rudi menjelaskan bahwa keputusan membeli konsumen ditentukan oleh logika sebesar 20% dan emosional sebesar 80%. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk memaksimalkan aspek emosional pembeli, misalnya dengan mendonasikan Sebagian keuntungan.
(Baca: Kemenaker Catat 1,9 Juta Pekerja PHK & Dirumahkan, Terbesar di Jakarta)
5. Memanfaatkan layanan perbankan
Para pelaku usaha dituntut harus mampu memanfaatkan layanan-layanan perbankan online secara optimal. Tidak sedikit perbankan yang menawarkan layanan-layanan semacam ini yang akan memudahkan para pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya.