Silaturahmi Lebaran Dilarang, Penjualan Minuman Kemasan Anjlok 40%

ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6). Penjualan minuman dalam kemasan tahun ini diperkirakan turun 40% karena berbagai kebijakan pembatasan sosial untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, salah satunya larangan mudik dan larangan silaturahim saat lebaran.
22/5/2020, 16.30 WIB

Perkembangan bisnis akan semakin buruk lantaran melemahnya rupiah sehingga harga bahan baku diperkirakan akan naik. Padahal, pada semester kedua impor bahan baku harus segera dilakukan.

Belum lagi hambatan-hambatan dari negara eksportir bahan baku yang masih melakukan karantina wilayah atau lockdown untuk memutus rantai penularan virus sehingga volume impor akan berkurang.

(Baca: Bisnis Makanan dan Pakaian Babak Belur Menjelang Lebaran)

"Suplai bahan juga tertekan karena negara lain terdampak dan bisa juga produksi di sana terdampak karena banyak orang yang tidak bekerja. Itu akan berpengaruh dari sisi volume," kata dia.

Adapun hasil survei internal yang dilakukan terhadap anggota Gapmmi memperkirakan penjualan makanan olahan turun 30% akibat menurunnya daya beli masyarakat yang terpukul pandemi corona. Penjualan juga akan melambat saat bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Kendati demikian, penghitungan angka pasti masih dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan penanganan wabah di Indonesia. Sedangkan produksi makanan olahan dipastikan tidak akan terhambat dengan adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar di beberapa wilayah.

(Baca: Survei: 50% Pengusaha Makanan dan Minuman Ragu Mampu Bayar THR)

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto