Industri Tekstil Bisa Jadi Pemain APD & Masker Dunia Saat Pandemi Usai

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.
Penjahit memproduksi alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis di Bandung, Jawa Barat, Senin (13/4/2020). Industri tekstil nasional berpeluang menjadi pemain global produsen APD dan masker.
5/6/2020, 10.14 WIB

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan industri tekstil nasional dapat menjadi pemain global produsen masker dan alat pelindung diri (APD) setelah pandemi corona atau Covid-19 berakhir.

Pasalnya, dengan permintaan yang tinggi dan kapasitas produksi besar, peluang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja industri padat karya ini.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin, Elis Masitoh mengatakan, saat ini pihaknya bersama dengan Kementerian Luar Negeri tengah menjajaki peluang pasar-pasar baru non tradisional seperti di Timur Tengah dan beberapa negara lain yang masih belum digarap.

Sedangkan permintaan masker dan APD tertinggi berada pada negara episentrum Covid-19 seperti Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Jepang dan Eropa. "Ke depan kita berharap bisa menjadi produsen APD dan masker yang bisa memenuhi kebutuhan di seluruh dunia," kata Elis dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (4/6).

(Baca: Utilisasi Menyusut Selama Pandemi, 50% Pabrik Tekstil Terancam Tutup)

Menurut dia, saat ini sudah ada 27 perusahaan tekstil yang mampu mengekspor APD dan masker ke beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan dan AS. Meskipun jumlahnya masih sedikit, hal ini dapat menjadikan angin segar bagi industri tekstil yang tengah mati suri terpukul pandemi Covid-19.

Untuk meningkatkan potensi ekspor, saat ini Kemenperin tengah melakukan penjajakan kepada pembeli-pembeli yang telah menjalin kerja sama dengan industri tekstil dalam negeri agar tak meninggalkan produksi Indonesia.

"Kami melakukan negosiasi ulang dengan pembeli dan sudah mencoba untuk mengimbau kepada pembeli supaya tidak meninggalkan Indonesia, karena bagaimanapun kita telah puluhan tahun mendukung mereka," kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Rizal Tanzil Rakhman sangat mendukung upaya yang dilakukan pemerintah. Pasalnya, saat ini kemampuan produksi APD dan masker dalam negeri jumlahnya mencapai 16 juta potong setiap bulannya. Sedangkan kebutuhan dalam negeri hanya 3 - 4 juta potong setiap bulan.

(Baca: RI Siap Produksi 16 Ribu APD Tiap Hari untuk Hadapi Virus Corona )

Kendati demikian, rencana tersebut masih terkendala sulitnya mendapatkan izin edar yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan.

"Kita malah bisa menjadi negara penghasil APD dan masker yang besar. Ini hanya perlu pematangan dan polesan. Pematangannya adalah kita harus meyakinkan Kementerian Kesehatan bahwa produk ini memiliki standar yang sama dan berkualitas," kata dia.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya salah satu produsen APD dalam negeri PT Sritex telah mampu memproduksi APD dengan kualitas tinggi dan diakui oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO. APD yang diproduksi Sritex telah mengantongi sertifikat ISO 16604 Class 3. 

Hasil pengujian dilakukan oleh Intertek Headquarter yang berbasis di Cortland, New York, Amerika Serikat. Sertifikasi ini merupakan spesifikasi yang wajib untuk APD yang dikenakan para tenaga medis dunia untuk menjamin keamanan dan keselamatan mereka.

(Baca: 20 Perusahaa Tekstil akan Produksi Jutaan APD bagi Tenaga Medis Corona)

Adapun baju APD bersertifikasi ISO 16604 Class 3 memiliki ketahanan terhadap masuknya bakteri atau virus dengan ukuran yang sangat kecil. ISO 16604 Kategori kelas 3 berkualitas lebih tinggi dibandingkan tingkat kelas 2 atau ISO 16604 Class 2. 

Reporter: Tri Kurnia Yunianto