Kementerian Perdagangan atau Kemendag mencari pangsa pasar baru untuk meningkatkan ekspor makanan dan minuman. Pasalnya, ekspor ke pasar utama di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok turun akibat pandemi corona.
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan mengatakan pihaknya tengah menjajaki negara-negara potensial agar ekspor makanan dan minuman tetap tumbuh. "Kemendag akan membidik peluang baru melalui ekstensifikasi negara tujuan ekspor ke negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan termasuk Eropa," ujar Kasan melalui siaran pers pada Jumat (5/6).
Untuk menyukseskan program tersebut, Kemendag menggandeng pihak swasta yang berpengalaman menjadi pemain global makanan dan minuman. Salah satu pihak yang diajak kerja sama yakni PT Mayora Indah Tbk.
Mayora merupakan salah satu eksportir terbesar di Tanah Air yang memiliki lebih dari 80 jaringan distributor utama secara global dan mengekspor produk ke lebih dari 100 negara. Pada Februari 2020, perusahaan itu telah mengekspor lebih dari 250 ribu kontainer makanan dan minuman olahan ke berbagai negara.
Produk utama Mayora di antaranya makanan dan minuman olahan dengan merek Kopiko, Torabika,
Danisa, Energen, Beng-beng, Malkist, dan Le Mineralle. "Pemerintah dapat meningkatkan ekspor di tengah pandemi dengan menggandeng pelaku bisnis seperti Mayora dan membuat strategi besar dengan memanfaatkan peluang dan tantangan setelah pandemi," kata dia.
(Baca: Pandemi dan Disrupsi Perdagangan Internasional)
(Baca: Daya Beli Melemah, Pertumbuhan Industri Makanan Terkoreksi)
Adapun pangsa pasar ekspor makanan olahan Indonesia di dunia tercatat sebesar 1,20% pada 2019. Pada periode tersebut, neraca perdagangan makanan olahan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 2,27 miliar.
Pada tahun lalu, ekspor makanan minuman olahan Indonesia tercatat sebesar US$ 4,15 miliar, naik 3,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk periode Januari-Maret 2020, ekspor produk andalan tersebut tercatat sebesar US$ 951,11 juta atau naik 5,84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tren ekspor makanan minuman olahan Indonesia lima tahun terakhir tercatat sebesar 8,99%, di mana ekspor pada 2015 sebesar US$ 3,01 miliar dan pada 2019 sebesar US$ 4,15 miliar. Untuk jenis makanan dan minuman olahan dengan nilai ekspor tertinggi pada tahun lalu yaitu produk berbasis kopi sebesar US$ 429,45 juta atau berkontribusi 10,35%, dan olahan ikan sebesar US$ 411,05 juta dengan kontribusi 9,91%.
Selain itu, berbagai jenis makanan olahan sebesar US$ 390,09 juta atau berkontribusi 9,40%, camilan wafer dan wafel mengandung kakao sebesar US$ 322,88 juta dengan kontribusi 7,78%, serta olahan udang sebesar US$ 309,72 juta yang berkontribusi 7,47%.
Sedangkan negara tujuan ekspor terbesar produk makanan dan minuman olahan Indonesia yaitu Filipina sebesar US$ 779,88 juta atau pangsa pasar sebesar 18,80%, Amerika Serikat sebesar US$
730,44 juta atau 17,61%, Malaysia US$ 261,99 juta atau 6,32%, Tiongkok sebesar US$ 249,00 juta atau 6%, dan Jepang sebesar US$ 224,60 juta atau 5,41%.
(Baca: Setelah Corona Berlalu, Ekspor Tiga Komoditas Diramal Naik Tahun Depan)