Faktor Daya Beli, Pengusaha Prediksi Mal Tak Akan Ramai Dikunjungi

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas keamanan melakukan penjagaan di pusat perbelanjaan di Mall Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020). Mall di DKI Jakarta akan beroperasi kembali pada masa transisi Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).
Penulis: Ekarina
10/6/2020, 07.24 WIB

Mal atau pusat perbelanjaan akan kembali beroperasi pada fase transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jakarta 15 Juni mendatang. Namun, pengusaha memperkirakan hal itu tak lantas menyebabkan mal ramai dikunjungi, karena ada  faktor pelemahan daya beli.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, banyak bisnis terganggu dan masyarakat mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Alhasil, masyarakat pun banyak kehilangan pendapatan atau berkurang. Di sisi lain, selama fase transisi mayoritas pengusaha baru memulai kembali usahanya. Sehingga faktor tadi diperkirakan tak banyak mendorong pembelian produk retail dan kunjungan masyarakat ke mal.

"Adanya fase normal baru, lantas membuat masyarakat berbondong-bondong ke mal sepertinya tak akan terjadi. Meskipun rindu, tapi keuangan tak begitu baik, perlu waktu untuk mendapatkan penghasilam lebih banyak," katanya dalam diskusi online, Selasa (10/6). 

(Baca: Masjid hingga Mal Jakarta Buka Saat PSBB Transisi, Ini Protokolnya)

Berkaca pada pengalaman di Tiongkok, ketika pembukaan kegiatan ekonomi baru, hanya ada sekitar 10% perusahaan yang beranjak naik dan hal ini terus terjadi secara gradual. 

Selain itu, fase new normal atau normal baru ini menurutnya bisa berlangsung hingga setahun setengah. Sebab, adanya pandemi akan menjadikan  masyakat berhati-hati dalam beraktivitas, termasuk kunjungan masyarakat ke mal.

Hal ini menurutnya menjadi tantangan pengusaha ke depan. Pasalnya, pihak mal harus memberikan layanan kepada pengunjung agar tetap  nyaman selama berada di dalam dan tak memiliki kekhawatiran bakal terpapar virus.

Sadar akan kebutuhan tersebut, pengusaha pun mulai beradaptasi dengan kebutuhan konsumen dan gaya hidup pelanggan yang baru. Misalnya, dengan mengadopsi teknologi touchless, merepakan jaga jarak toko, meningkatkan sanitasi, pembarayan digital.

"Kita harus lebih fleksibel terhadap kebutuhan pelaggan, permintaan konsumen dan juga cepat merespons kebijakan pemerntah," katanya.

Data APPBI mencatat, saat ini ada 80 mal yang kini beroperasi di Ibu Kota. Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat memiliki jumlah paling tinggi, masing-masing sebanyak 25 unit dan 20 unit. Detailnya, bisa dilihat pada databoks berikut ini. 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal mengizinkan pertokoan dan mal atau pusat perbelanjaan kembali beroperasi pada fase transisi normal baru. Pertokoan retail yang berdiri sendiri (stand alone) bisa beroperasi mulai 8 Juni. Sedangkan mal, baru boleh dibuka pada 15 Juni dengan disertai ketentuan batasan pengunjung.

"Kapasitas tamu hanya boleh 50%. Semua pengaturan di dalam harus mengandalkan jarak 1 meter," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menggelar konferensi pers di Balaikota Jakarta, Kamis (4/6).

(Baca: Pertokoan dan Mal di Jakarta Akan Dibuka Mulai 8 dan 15 Juni)

Untuk mengurangi potensi kerumunan banyak orang, kios-kios tesebut akan dibuka secara bergantian. Anies juga mengatakan, pihaknya akan menerapkan sistem ganjil genap bagi pemilik kios yang akan membuka usahanya.

Aturan ini akan disosialisasikan lebih lanjut kepada masyarakat. "Kios dan toko dibuka berdasarkan harinya, jadi yang beroperasi separuhnya," ujar dia.

Berdasarkan ketentuan tersebut, nantinya toko dengan nomor ganjil dibuka di tanggal ganjil dan toko dengan nomor genap dibuka di tanggal genap.

Meskipun beberapa kegiatan perekonomian mulai dibuka kembali secara bertahap di fase transisi, namun masyarakat wajib menerapkan protokol kesehatan secara disiplin. Pasalnya, risiko peningkatan kasus positif Covid-19 masih mengancam masyarakat.