Pemerintah Jepang sedang gencar menggunakan energi terbarukan salah satunya lewat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) yang berbahan bakar cangkang kelapa sawit. Indonesia yang merupakan produsen cangkang sawit melimpah dapat memanfaatkan potensi pasar tersebut.
Presiden Direktur The Japan External Trade Organization atau JETRO Jakarta, Keishi Suzuki mengatakan, tahun ini Jepang membutuhkan biomassa sebanyak 10 juta ton. Nilai ekspor yang dihasilkan dari komoditas ini diperkirakan mencapai 100 miliar yen atau setara Rp 13,4 triliun.
"Kami memerlukan kestabilan harga dan pasokan dari luar negeri. Kantor kami banyak mendapatkan pertanyaan dari supplier dan kami juga kesulitan mencari barang selain dari sindikasi besar," kata Suzuki dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa (14/7).
(Baca: Kementerian ESDM Mulai Bahas Aturan DMO Minyak Sawit untuk Pertamina)
Suzuki mengatakan selama ini JETRO kesulitan dalam menetapkan harga karena minimnya pasokan. Padahal, sebagai barang sisa dari pengolahan minyak sawit stoknya sangat melimpah dan biaya produksinya pun sangat murah.
JETRO akan menyiapkan jalur distribusi cangkang kelapa sawit agar biaya pengiriman semakin murah. "Ini merupakan barang sisa yang diperoleh dari pengolahan minyak sawit sehingga tidak ada biaya produksi, namun ada biaya lainnya yang akan timbul seperti transportasi, gudang, biaya pengapalan sampai ke Jepang serta biaya lainnya yang ditimbulkan setelah tiba di Jepang, oleh karena itu perlu ada struktur logistik," kata dia.
Sementara itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka Mirza Nurhidayat mengatakan pemerintah Jepang bakal menerapkan penggunaan energi terbarukan sebesar 13-14% dari seluruh sumber energi. Potensi ini sangat besar bagi Indonesia untuk memasok biomassa kepada Negeri Sakura.
(Baca: Bertemu Dubes Uni Eropa, Menko Airlangga Singgung Diskriminasi Sawit)
Apalagi pengembangan PLTBM di Jepang sangat cepat dan populer untuk mengurangi emisi gas karbon. "Jepang sendiri telah menetapkan target penggunaan biomassa sebesar 3,7-4,6% sebagai sumber bahan bakarnya. Tentu ini akan membuka peluang kerja sama yang sangat besar dalam hal pengiriman bahan bakar," kata dia.
Sawit merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dan menjadi penyumbang devisa terbesar setelah batu bara. Berdasarkan data Kementerian Pertanian 2019, produksi sawit (minyak sawit dan inti sawit) 2018 tumbuh 6,85% menjadi 48,68 juta ton dari tahun sebelumnya.
Jumlah produksi tersebut terdiri atas sawit dari perkebunan rakyat sebesar 16,8 juta ton (35%), perkebunan besar negara 2,49 juta ton (5%), dan perkebunan besar swasta 29,39 juta ton (60%). Produksi sawit nasional telah melonjak lebih dari 5.600% atau sekitar 144% per tahun.
Sepanjang 2018 volume ekspor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) naik 1,85% menjadi 28,3 juta ton dari tahun sebelumnya. Namun, nilainya turun sebesar 12% seiring jatuhnya harga CPO di pasar internasional sebesar 21% menjadi US$ 535/ton dari tahun sebelumnya US$ 679/ton.