Ongkos Logistik Mahal, Pegatron Batal Tambah Investasi di Batam

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Tampilan foto udara kawasan pabrik di Pulau Batam. Investor (28/8) masih keluhkan mahalnya produksi di Batam.
28/8/2020, 15.25 WIB

Ketua Kadin Komite Singapura Michael Goutama mengatakan, ada sejumlah kebijakan yang perlu diperbaiki untuk menarik investor masuk ke Batam. Pertama, infrastruktur pelabuhan perlu ditingkatkan. "Saya sudah bicara dengan empat Menteri Koordinator sejak 20 tahun lalu terkait pelabuhan," katanya.

Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan masyarakat lokal diperlukan bagi investor. Tak hanya itu, biaya listrik di Batam juga perlu dibuat lebih kompetitif.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengakui masalah logistik merupakan isu yang sudah menahun. Pemerintah akan kembali diskusi bersama dengan pelaku usaha dan pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Susiwijono juga menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyusun Masterplan Percepatan Pengembangan Kawasan Batam, Bintan, Karimun, dan Tanjungpinang (BBKT). Hal ini untuk mendorong investasi, arus barang dan penumpang, kunjungan wisatawan, dan penguatan kelembagaan

Adapun, Batam akan difokuskan sebagai hub logistik internasional, industri kedirgantaraan, industri berteknologi tinggi, industri digital dan kreatif, international trade dan finance center serta pariwisata. Saat ini terdapat 38.182 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Kawasan BBKT tumbuh sebesar 5,8% pada 2021-2025. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan rata-rata investasi tahunan sebesar Rp 75 triliun dengan proporsi Batam (73%), Bintan (13%), Tanjungpinang (11%) dan Karimun (3%).

Berdasarkan komposisinya, investasi tersebut ditargetkan bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN (52%), Penanaman Modal Asing/PMA (43%), dan Belanja Pemerintah (5%).

Halaman:
Reporter: Rizky Alika