Penerbangan Terpukul Pandemi, Bisnis Logistik Baru Pulih 2 Tahun Lagi

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/wsj.
Sebuah peti kemas dinaikkan ke dalam kapal kargo di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (2/5/2020). Asosiasi Logistik dan Forwarder memprediksi industrinya bangkir pada 2022.
Penulis: Ekarina
21/10/2020, 09.20 WIB

Selain itu, Yukki menyatakan salah satu peluang  terdekat yang bisa diotimalkan adalah mengembangkan layanan menyasar pasar Asia Tenggara. Ini harus dilakukan pelaku usaha nasional mengingat pada 2025 akan ada skema borderless di antara negara Asean. Sehingga, pasarnya semakin terbuka tapi juga kompetitif.

Tantangan bisnis juga diungkap pelaku industri logistik khusus angkutan darat truk. Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan, pertumbuhan sektor ini turut mengalami kontraksi selama pandemi.

Tercatat, hanya sekitar 40% armada yang beroperasi selama pandemi, dari total sekitar 43 ribu unit truk anggota asosiasi.  Salah satu faktor penyebabnya adalah lesunya kegiatan industri manufaktur sebagai konsumen utama logistik truk. Sektor tersebut di awal pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sempat terkontraksi sekitar 50%.

"Padahal industri logistik khusus truk bisa tumbuh 15,2% pada 2019. Dengan kondisi saat ini, kami berupaya masuk ke digital agar bisnis tetap bisa bertahan dan bersaing di masa depan," ujar Gemilang.

Indonesia Economic Forum mengutip laporan Ken Research menyebutkan, tren pendapatan pasar logistik Indonesia semakin meningkat hingga 2024. Pada 2020, pendapatan logistik Indonesia US$ 220,9 miliar dan akan mencapai US$ 300,3 miliar pada 2024.

Pendapatan tersebut termasuk angkutan barang, pergudangan, serta kurir, ekspres, dan parsel. Kemudian juga terdapat nilai. Detailnya bisa dilihat dalam databoks berikut:

Halaman: