Potensi Pelabuhan Patimban Mendongkrak Daya Saing Industri Otomotif
Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat akan beroperasi Desember mendatang. Kementerian Perindustrian menargetkan pelabuhan ini bisa membantu meningkatkan daya saing industri otomotif di tingkat global.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ahmad Sigit Dwiwahjono menyatakan, saat ini ada 19 perusahaan industri otomotif di dalam negeri dengan nilai investasi Rp 93 triliun. Adapun kapasitas produksi kendaraan dari belasan pemain tersebut mencapai 2,3 juta unit per tahun.
Produksi kendaraan dalam negeri saat ini sudah diekspor ke lebih 80 negara. Pada Januari - September 2020 ekspor kendaraan dalam bentuk utuh (Completely Built Up/CBU) mencapai 155.000 unit senilai Rp 28 triliun.
Sedangkan ekspor kendaraan terurai (Completely Knock Down/ CKD) mencapai 34.000 set senilai Rp 1 triliun serta 43 ribu pieces ekspor komponen kendaraan bernilai Rp 14,2 triliun.
Dengan capaian ini, sektor otomotif nasional ditargetkan bisa menjadi pemain global. Pihaknya berrharap Pelabuhan Patimban ikut berperan terhadap pengembangan otomotif nasional, khususnya dalam perdagangan internasional.
Dengan lokasinya yang strategis di dekat pusat industri Bekasi, Karawang dan Purwakarta, pelabuhan ini menyasar layanan angkutan komoditas otomotif. Terlebih, pelabuhan ini memiliki terminal dermaga seluas 25 hektare yang bisa menampung 218 ribu mobil CBU.
“Pelabuhan Patimban didedikasikan menjadi pelabuhan terbesar dalam produksi otomotif di Indonesia. Ekspor kendaraan bisa meningkat di pasar global,”ujar Sigit dalam Dialog Publik Pelabuhan Patimban dan Geliat Ekonomi Nasional Jum’at, (20/11).
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menyatakan, layanan jasa pelabuhan memegang peranan dalam produktivitas industri otomotif.
Pelabuhan berperan dalam menentukan kelancaran, ketepatan waktu barang yang akan diekspor maupun impor bahan baku menuju pabrikan. Dengan pengintegrasian internet of thing (IoT) ke semua pelayanan dan kebutuhan industri otomotif, diharapkan bisa memperkecil keterlambatan pengiriman serta menghemat ongkos logistik.
Terlebih di tengah ketatnya persaingan antar negara yang memprioritaskan kecepatan dan kemampuan beradaptasi. "Prancis dan Spanyol sudah memiliki pelabuhan khusus untuk melayani otomotif. Kalau Patimban bisa didesain untuk sektor industri, tentu bisa meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) dan perekonomian akan jauh lebih kuat,” ujar Taufiek.
Pada 2019 Indonesia menduduki peringkat ke- 13 dalam produksi kendaraan global dan peringkat kedua di ASEAN, setelah Thailand. Sedangkan dari segi penjualan, Indonesia menempati urutan terbesar ke- 15 dunia dan pasar terbesar di ASEAN.
Hal ini membuktikan industri otomotif masih berpotensi untuk dikembangkan. Dengan adanya Pelabuhan Patimban, kegiatan ekspor maupun produksi mobil di Indonesia dapat ditingkatkan.
“Sebelum ada Patimban, produksi dan ekspor kita sudah cukup besar. Pada 2019, ekspor mobil sebanyak 332 unit, kisara nilainya hampir Rp 59,5 triliun dan bisa lebih besar ke depan," katanya.
Infrastruktur Jalan Tol
Di tengah lesunya permintaan otomotif akibat pandemi Covid-19, beberapa pabrikan justru mulai menerima permintaan ekspor kendaraan.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangol menyebutkan, industri otomotif sudah kedatangan pesanan ekspor dari Timur Tengah. Adapun, pengiriman ini difasilitasi oleh kapal angkut berkapasitas 5.000 unit kendaraan.
Dengan permintaan ekspor yang mulai tinggi, dia berharap pembangunan akses jalan tol menuju pelabuhan tersebut dapat segera direalisasikan. Ketiadaan akses jalan tol bisa menyebabkan proses pengiriman kendaraan lebih lambat dan tidak efisien.
Pasalnya, untuk mengangkut 5 kendaraan dibutuhkan 1 truk trailer. Yang mana, bila mengantar kendaraan masih melalui jalur biasa dengan banyak truk yang berlalu lalang, waktu tempuh menjadi lebih lama. Sedangkan kendaraan yang akan diekspor mencapai 5.00o unit.
“Bayangkan kalau tol ini belum siap. Tentu akan jadi kendala karena kendaraan trailer berseliweran. Kami sangat bergantung pada kesiapan tol menuju Patimban menjadi jalur alternatif,” kata Yohannes.
Pada 2025 Yohannes memperkirakan, Indonesia akan memproduksi kendaraan bermotor sebanyak 3 juta unit. Rinciannya, 1,25 juta unit untuk pasar domestik pulau Jawa, 750 ribu unit untuk domestik luar pulau Jawa dan 1 juta unit untuk tujuan ekspor.
Sehingga, nantinya akan ada 1,75 juta unit kendaraan yang dikirim melalui pelabuhan dan prospek pemanfaatannya sangat besar.
Ekonom Senior INDEF, Aviliani mengatakan, daya saing Indonesia kerap kalah karena biaya logistik yang besar. Selama ini kegiatan ekspor impor Indonesia selama dilakukan melalui pelabuhan Singapura atau Malaysia.
Adanya Pelabuhan Patimban, bisa memberikan keuntungan yang jauh lebih baik kepada Indonesia. "Hongkong dan Singapura diakui seluruh dunia. Sehingga dari sisi pengadaan dan layanan paling tidak kita harus sama dengan mereka dan tidak ada lagi klaim kemampuan pelabuhan kita di bawah keduanya," kata Aviliani.
Selain itu, menurutnya menjadi pekerjaan Kementerian Perindustrian untuk memacu pertumbuhan industri otomotif ketika infrastrukturnya sudah siap.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kinerja Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk menggeliatkan sektor usaha di sekitarnya dan mencegah terjadinya relokasi industri.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, kehadiran Patimban akan meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat sekitar. Karenanya, pembangunan Patimban tidak hanya fokus pada pembangunan infastruktur, tapi juga membantu kegiatan sosial masyarakat.
“Kami berkoordinasi dengan kementerian terkait seperti kementerian KKP untuk memberi pelatihan terhadap nelayan, memberlakukan diklat pemberdayaan masyarakat dan memberi bantuan kapal,” ujarnya.