FAO: Harga Pangan Dunia Januari Sentuh Level Tertinggi Sejak Juli 2014

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.
Ilustrasi, produk pangan serealia, padi/beras. Harga pangan dunia pada Januari 2021 naik ke level tertingginya sejak Juli 2014, menurut laporan FAO.
Penulis: Happy Fajrian
4/2/2021, 19.16 WIB

Organisasi pangan dan pertanian (FAO) melaporkan bahwa harga pangan dunia naik selama delapan bulan secara berturut-turut hingga Januari 2021, menyentuh level tertingginya sejak Juli 2014.

Menurut laporan badan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut, kenaikan harga pangan dunia dipimpin oleh komoditas serealia, gula, dan minyak nabati. Indeks harga pangan FAO pada Januari mencapai rata-rata 113,3 poin, naik dari 108,6 pada Desember 2020.

Sebagai informasi, indeks harga pangan ini mengukur perubahan bulanan harga sekeranjang komoditas serealia, minyak sayur, susu, daging, serta gula. Sebagai informasi, produk pangan serealia di antaranya padi/beras, jagung, gandum, sorgum, dan jelai.

FAO memproyeksikan produksi serealia di seluruh dunia akan mencapai rekor tertingginya pada 2020. Meski demikian badan pangan dunia ini memperingatkan adanya ancaman penurunan stok pangan seiring tingginya permintaan impor dari Tiongkok.

Harga serealia pada Januari naik 7,1% dibandingkan bulan sebelumnya, dipimpin oleh harga jagung yang melonjak hingga 11,2%, serta harga gandum yang naik 6,8% yang didorong oleh tingginya permintaan global dan proyeksi turunnya penjualan oleh Rusia.

Negara Eropa timur tersebut memang berencana untuk menaikkan bea ekspor gandum hingga dua kali lipat pada Maret 2021. Lonjakan harga serealia pada awal tahun ini juga didorong oleh tingginya pembelian oleh Tiongkok serta produksi yang lebih rendah dari perkiraan di Amerika Serikat (AS).

FAO memprediksi produksi serealia pada 2020 mencapai 2,744 miliar ton, dengan produksi gandum dan beras meningkat. Sedangkan proyeksi produksi biji-bijian kasar dipangkas karena turunnya produksi di AS dan Ukraina.

"Melihat produksi serealia tahun 2021, prospek produksi awal untuk tanaman gandum musim dingin di belahan bumi utara menunjukkan sedikit peningkatan tahun ini," kata FAO seperti dikutip Reuters, Kamis (4/4).

FAO menyebutkan bahwa musim ini Tiongkok di luar dugaan mengimpor jagung dalam jumlah besar. Ini berdampak terhadap perkiraan konsumsi dan stok dunia. Konsumsi serealia global pada 2020/21 diperkirakan mencapai 2,76 miliar ton, naik dibandingkan perkiraan sebelumnya 2,74 miliar ton.

Sedangkan prakiraan stok serealia dunia dipatok pada 802 juta ton turun dari sebelumnya 866,4 juta ton. “Pada level ini, rasio konsumsi stok serealia dunia akan turun dari 29,7% pada 2019/20 menjadi 28,3% pada 2020/21, menandai level terendahnya dalam tujuh tahun,” kata FAO.

Menurut laporan FAO turunnya rasio konsumsi serealia merupakan imbas dari penurunan persediaan jagung yang signifikan di Tiongkok.

Sementara itu perdagangan serealia dunia pada 2020/21 diperkirakan naik 10,6 juta ton menjadi 465,2 juta ton atau naik 5,7% dibandingkan rekor tertinggi musim sebelumnya. “Perdagangan semua serealia utama diperkirakan naik,” kata pernyataan FAO.

Sedangkan harga gula melonjak 8,1%. Kenaikan harga gula didorong kekhawatiran tentang memburuknya prospek panen di Uni Eropa, Rusia, dan Thailand, serta kondisi cuaca kering di Amerika Selatan, yang mendorong permintaan impor.

Adapun harga minyak nabati naik 5,8% dan mencapai level tertingginya sejak Mei 2012. Kenaikan ini salah satunya didorong oleh turunnya produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia karena curah hujan yang tinggi.

Harga kedelai naik dipicu oleh berkurangnya peluang ekspor dan pemogokan berkepanjangan di Argentina. Harga susu naik 1,6%, didukung oleh pembelian besar-besaran di Tiongkok menjelang liburan Tahun Baru Imlek.

Sementara itu harga daging membukukan kenaikan 1%, didorong oleh tingginya ekspor unggas, terutama dari Brazil, di tengah turunnya ekspor dari beberapa negara Eropa imbas wabah flu burung.