Ekspor Tiongkok Februari Meroket 155% Ditopang Elektronik dan Masker

ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie/wsj.
Warga Kota Beijing berfoto di depan dekorasi bertema Imlek di pusat jajanan kuno kawasan Qianmen pada hari pertama liburan Tahun Baru China di Beijing, China, Rabu (10/2/2021).
Penulis: Happy Fajrian
7/3/2021, 16.47 WIB

Tiongkok membukukan rekor pertumbuhan ekspor hingga 154,9% pada Februari 2021 dibandingkan setahun sebelumnya. Sedangkan pada periode yang sama impor tercatat hanya tumbuh 17,3%, tertinggi sejak Oktober 2018.

Sementara itu ekspor periode Januari hingga Februari tercatat naik 60,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Capaian tersebut jauh di atas prediksi jajak pendapat Reuters dengan kenaikan 38,9% secara tahunan.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspor produk elektronik dan tekstil, salah satunya masker. Hal ini seiring tingginya permintaan alat elektronik sebagai pendukung bekerja dari rumah dan perlengkapan pelindung dari virus corona.

Data bea cukai Tiongkok menunjukkan bahwa ekspor barang elektronik melonjak hingga 54,1% secara tahunan sedangkan ekspor produk tekstil naik 50,2%. Secara keseluruhan Tiongkok mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 103,3 miliar.

Kuatnya permintaan ekspor merupakan salah satu buah keberhasilan Tiongkok dalam mengatasi krisis pandemi Covid-19, sehingga perekonomian bangkit kembali.

“Lonjakan tersebut didorong oleh rebound-nya permintaan dari luar negeri seiring dengan perbaikan industri manufaktur di Uni Eropa dan Amerika Serikat, serta perbaikan tingkat konsumsi domestik,” tulis pernyataan bea cukai Negeri Panda, dikutip Reuters, Minggu (7/3).

Selain itu mayoritas pekerja manufaktur di Tiongkok memilih tetap bekerja selama libur Imlek sehingga produksi tetap berjalan dan dapat menyerap lonjakan permintaan dari luar negeri.

“Survei kami menunjukkan banyak perusahaan di provinsi-provinsi yang berorientasi ekspor seperti Guangdong dan Zhejiang tetap berproduksi. Sehingga permintaan yang biasanya baru dikirimkan setelah libur tahun baru dapat dikirim secara normal,” tulis pernyataan bea cukai Tiongkok.

Meski demikian mereka juga mengakui bahwa dasar perhitungan yang rendah membuat peningkatan yang terjadi tahun ini menjadi besar secara persentase.

Aktivitas pabrik di Tiongkok biasanya libur pada momen tahun baru Imlek yang jatuh pada pertengahan Februari tahun ini karena para pekerja pulang ke kampung halaman. Namun tahun ini pemerintah Tiongkok meminta pekerja tidak melakukan perjalanan untuk mencegah penularan Covid-19.

Ekonomi Tiongkok tumbuh 6,5% pada kuartal IV-2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih besar dari kuartal III tahun tersebut dan kembali ke kisaran yang sama sebelum pandemi virus corona berlangsung.

Melansir South China Morning Post, pemulihan ekonomi tersebut didukung oleh penyebaran Covid-19 yang berhasil dikendalikan serta pemberian stimulus fiskal dan moneter untuk meningkatkan investasi.

Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok sepanjang 2020 pun tercatat sebesar 2,3%. Meski angka itu paling rendah sejak 1976, namun lebih baik daripada negara-negara lain di dunia.