EDISI KHUSUS | Semarak Ramadan 1442 H

Pasok Kebutuhan Ramadan, 34 Ribu Ton Daging Sapi Impor Masuk April-Mei

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Pedagang menunjukkan daging sapi yang ia jual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (13/2/2021).
29/3/2021, 18.54 WIB

Ia menyebutkan bahwa basis peternakan sapi di Indonesia adalah berbasis peternakan rakyat yang bersifat tradisional. Peternak akan lebih banyak menyimpan ternaknya dan baru dijual sesuai dengan kebutuhan.

Oleh karena itu produksi daging sapi dan kerbau nasional tidak cukup untuk menutupi defisit kebutuhan daging nasional. “Mau tidak mau harus melakukan importasi baik dalam bentuk daging beku maupun sapi bakalan untuk menjaga ketersediaan stok sampai bulan Mei ini,” kata Pujo.

Kebutuhan Daging 2021 Hampir 700 Ribu Ton

Perhitungan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah, kebutuhan daging sapi/kerbau secara nasional untuk tahun ini sebanyak 696.956 ton. Angka itu diperoleh dari konsumsi per kapita sebesar 2,56 kilogram per tahun.

Sementara, ketersediaan atau pasokan daging sapi/kerbau lokal hanya 473.814 ton. Itu artinya, ada kekurangan sebanyak 223.142 ton. "Kekurangan tersebut akan dipenuhi dari impor, baik dalam bentuk sapi bakalan, bakalan yang dipotong, dan impor daging sapi/kerbau," ujarnya awal Februari, Selasa (9/2).

Nasrullah menyebut, dari stok akhir tahun lalu bisa diperoleh 58.725 ton untuk pemenuhan kebutuhan daging periode Januari hingga Maret 2022.

Nasrullah pun mengimbau importir daging yang telah mengantongi rekomendasi dan izin agar segera merealisasikan impor daging sapi beku pada Maret, April, dan Mei 2021. Dengan demikian, pasokan dan harga daging sapi bisa terjaga hingga memasuki Ramadan dan Idul Fitri 2021.

Jika kuota impor direalisasikan sepenuhnya, stok daging diperkirakan bisa mencapai surplus sebanyak 58.725 ton di akhir 2021. "Dari stok akhir tahun 2021 ini, akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan daging Januari sampai Maret tahun 2022," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi