Tahun Ini, Manufaktur Non-Migas Akan Tumbuh ke Level Sebelum Pandemi

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Pekerja membersihkan mesin yang digunakan untuk produksi tisu basah di PT The Univenus Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). Sektor manufaktur terus menunjukan pertumbuhan yang menggembirakan.
Penulis: Maesaroh
6/8/2021, 05.40 WIB

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan baik migas dan non-migas, tumbuh sebesar 6,58% secara tahunan (year on year) pada kuartal II tahun 2021. Ini merupakan perbaikan yang sangat signifikan mengingat industri pengolahan terkontraksi sejak kuartal II tahun 2020.

 Secara historis, industri pengolahan tumbuh sekitar 4-5% dalam periode 2017-2019.  Pertumbuhan industri pengolahan sangat penting mengingat sektor tersebut memiliki efek ganda ke beberapa sektor lainnya terutama di sektor hulu seperti pertanian. Industri pengolahan juga menyerap tenaga kerja di Indonesia yakni sebesar 13,60, berdasarkan data BPS per Februari 2021.
Pada kuartal II tahun ini, industri pengolahan menjadi sumber utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 19,1%.

“Kita lihat saat PDB (produk domestic bruto) kita minus, pertumbuhan industri manufaktur juga minus. Ketika pertumbuhan ekonomi tumbuh, pertumbuhan industri manufaktur tumbuh. Jadi ini menunjukkan penting sekali industri manufaktur bagi perekonomian nasional,” ujar Agus.

Agus menambahkan sektor industri juga menyumbang ekspor sangat tinggi pada semester I tahun ini. Sektor tersebut bahkan mencatat surplus $8,22 miliar. Pada Januari hingga Juni  2021, nilai ekspor dari sektor industri mencapai USD81,06 miliar sementara nilai impornya sebesar $72,84 juta.

Sub-sektor yang menyumbang ekspor besar adalah industri makanan dan minuman, logam dasar, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, serta industri tekstil dan pakaian jadi.

Gumiwang menambahkan Purchasing Manufaktur Indonesia memang anjlok ke level 40,10 di Juli 2021, atau terendah selama setahun terakhir. Namun, penurunan tersebut diperkirakan hanya sementara. Dia optimis PMI akan balik ke level semula yakni ke level ekspansifnya di atas 50 poin.

“Resiliensi dari industri dalam negeri ini saya kira tidak perlu kita khawatirkan, ini tinggal menunggu vaksinasi untuk sektor industri agar dikejar, sehingga industri bisa melaksanakan proses produksinya kembali normal,” ujarnya.

Halaman: