Kemendag Jamin Harga Telur Turun Minggu Depan, Cabai Belum Bisa Murah

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Pedagang memilah cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Harga cabai rawit merah di pasar tersebut mengalami kenaikan dari Rp80.000-an per kilogram menjadi sekitar Rp100.000 per kilogram karena dipicu pasokan yang menurun akibat cuaca buruk di sejumlah daerah penghasil.
Penulis: Maesaroh
29/12/2021, 16.46 WIB

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan harga telur ayam ras akan turun mulai minggu depan. Namun, mahalnya harga cabai rawit merah diperkirakan masih akan bertahan lama karena terganggunya pola musim panen.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan Kemendag sudah mencapai kesepakatan dengan asosiasi peternak telur untuk menurunkan harga telur ayam ras dalam 3-4 hari ke depan.

"Kita sepakat untuk menurunkan harga secara bertahap. Minggu depan bisa turun menjadi Rp 27.000/kg kemudian minggu depannya lagi ke Rp26.000/kg,"tutur Oke Nurwan, kepada Katadata, Rabu (29/12).

Harga telur ayam ras melonjak tajam dalam dua pekan terakhir. Di Jakarta, telur ayam ras dijual dengan harga Rp 31.851/kg, pada hari ini, Rabu (29/12). Padahal, harga telur ayam ras masih di kisaran Rp 25.000/kg di awal Desember.

 Oke menjelaskan melonjaknya harga telur ayam ras disebabkan meningkatnya permintaan menjelang Tahun Baru sementara di sisi lain pasokan kurang.

Dia menambahkan, pada saat harga telur ayam terkontraksi dari awal hingga pertengahan tahun, banyak peternak ayam petelur yang menutup usahanya.

Karena harga telur anjlok,  peternak juga memilih untuk menjadikan ayam petelur untuk dijadikan ayam pedaging.
Saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan dan permintaan mulai naik, produksi justru belum bisa kembali karena populasi ayam petelur masih turun dan belum kembali ke normal.

"Ada depopulasi sampai 40%. Begitu PPKM dibuka dan permintaan meningkat, populasi belum menunjang. Tapi ini kan sifatnya sementara, begitu populasi balik, harga akan normal. Di Januari juga akan stabil,"ujar Oke.

 Untuk kenaikan harga minyak goreng, Oke mengatakan pemerintah sudah dan akan menggelontorkan minyak goreng kemasan sebanyak 19 juta liter dengan harga Rp 14.000.

Pemerintah juga mencabut larangan penjualan minyak goreng curah untuk membantu stabilisasi harga minyak goreng yang melonjak dalam dua bulan terakhir.

Berbeda dengan telur ayam ras dan minyak goreng, Oke mengakui harga cabai rawit merah masih akan bertahan tinggi dalam waktu yang belum dipastikan karena sejumlah persoalan.

Selain karena pasokan yang terganggu dan naiknya permintaan, harga cabai rawit merah meroker karena musim panen masih akan lama.

Oke menjelaskan Banyuwangi sebagai pemasok 40% cabai nasional mengalami kemunduran musim tanam karena tingginya curah hujan. Mundurnya musim tanam ini akan berdampak ke semakin lamanya musim panen.

"Sekarang kan cabai ada di masa musim panen akhir sehingga produksi rendah. Sementara mau tanam terganggu oleh musim hujan. Biasanya kan langsung nyambung ke Januari musim tanamnya tapi ini tidak bisa,"tutur Oke.

 Mantan Sekretaris Jenderal Kemendag tersebut mengatakan kemungkinan besar musim panen cabai dalam jumlah besar baru akan terjadi di Februari.

Karena itulah, dia menghimbau agar masyarakat memilih alternatif lain selain cabai rawit merah untuk masakan.
"Masyarakat punya opsi kok. Ada alternatif. Kan masih ada cabai rawit hijau, cabai merah keriting, dan cabai merah besar. Harganya memang naik tapi naiknya tidak setinggi cabai rawit merah,"tutur Oke.

Berdasarkan  infopangan.jakarta.go.id, harga cabai rawit merah harganya melonjak ke kisaran Rp 105.000/kg. Di Pasar Tebet Barat bahkan sudah menembus Rp 135.000/kg.

Padahal, di awal Desember harga cabai rawit merah masih berada di kisaran Rp 45-50 ribu/kg.

Sementara itu, harga cabai merah keriting hari ini di jual di Jakarta pada harga Rp 48.000/kg, cabai merah besar Rp 51.300/kg, dan cabai rawit hijau Rp 57.391/kg.