Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjamin harga minyak goreng (migor), khususnya migor curah, akan sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Jaminan ini terkait penerapan kebijakan baru yakni domestic market obligation (DMO) atau kewajiban untuk memenuhi pasar dalam negeri dan domestic price obligation (DPO) atau kewajiban pengusaha memenuhi harga eceran tertinggi (HET) minyak di pasar.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan saat ini pemerintah telah menerima minyak goreng hasil DMO sebanyak 628 ribu ton atau lebih dari 600 juta liter. Adapun, kebutuhan migor di dalam negeri adalah 327 juta liter per bulan.
Pasokan ini membuat pasokan minyak goreng terpenuhi selama 1,5 bulan. "Saya pastikan (saat bulan) puasa dan Lebaran (2022, migor dengan) HET dan harga terjangkau akan semakin mudah diakses masyarakat," kata Oke dalam webinar "Minyak Goreng Makin Raib-Makin Gaib", Selasa (8/3).
Oke mengatakan telah mengucurkan migor hasil DMO lebih dari 320 juta ton sejak 14 Februari 2022 sampai saat ini. Dampaknya, kata dia, harga migor turun dari Rp 18 ribu per liter menjadi di bawah Rp 16 ribu per liter.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata minyak goreng curah nasional ada di sekitar level Rp 13.609 per liter. Harga migor curah tertinggi di Provinsi Maluku Utara, yakni Rp 19.600 per liter. Adapun harga terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur senilai Rp 10.800 per liter.
Pemerintah menetapkan HET sejak 1 Februari 2022 untuk tiga jenis minyak goreng, yakni migor curah senilai Rp 11.500 per liter, migor kemasan sederhana senilai Rp 13.500 per liter, dan migor kemasan premium senilai Rp 14.000 per liter.
Untuk permulaan, kata Oke, Kemendag akan fokus menyalurkan minyak goreng curah ke pasar-pasar tradisional. Hal ini penting untuk mengurangi tekanan distribusi pada ritel modern.
Oke mencatat kapasitas distribusi minyak goreng ritel modern hanya sekitar 25 juta liter per bulan atau sekitar 7% dari konsumsi migor nasional per bulan. Sementara itu, kapasitas distribusi pasar tradisional setidaknya mencapai 300 juta liter per bulan atau lebih dari 91% konsumsi migor nasional per bulan.
Oke mengatakan lambatnya pencampuran harga migor di pasar disebabkan oleh arus distribusi yang tersendat. Pencampuran harga yang dimaksud adalah proses penyesuaian harga oleh pedagang di pasar dengan mempertimbangkan harga stok lama dengan stok baru.
Selain itu terdapat dugaan praktik ilegal yang membuat harga migor sulit turun, seperti penimbunan maupun pengalihan pasokan dari pasar ke tempat lain.
Modus lainnya adalah penyelewengan penjualan minyak goreng premium di atas HET ke pasar tradisional oleh oknum di ritel modern. Oke mencatat telah menutup lebih dari 10 ribu toko daring di marketplace yang menjual minyak goreng di atas HET.
"Momentum yang kecil ini dimanfaatkan berbagai pihak yang menambah kerumitan (harga minyak goreng) saat ini. Ibaratnya irigasi (distribusi) yang harusnya dialirkan ke sawah (pasar) belok ke perumahan (tempat lain)," kata Oke.
Oke menyampaikan akan menerbitkan aturan terkait distribusi migor untuk ke setiap segmen konsumen migor. Oleh karena itu, dia meminta dukungan politik dari Komisi VI DPR untuk mendukung kebijakan tersebut.
Sebagai informasi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menghitung kebutuhan minyak goreng 2022 adalah 5,7 kiloliter yang terdiri dari kebutuhan rumah tangga sebesar 3,9 juta kiloliter dan kebutuhan industri sebesar 1,8 juta kiloliter. Secara rinci, kebutuhan rumah tangga terbagi menjadi tigak produk, yakni kemasan premium sebesar 1,2 juta kiloliter, kemasan sederhana sebanyak 231 ribu kiloliter, dan migor curah sejumlah 2,4 juta kiloliter.