Semen Indonesia Kesulitan Impor Bahan Kertas Kemasan dari Rusia

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
13/4/2022, 08.11 WIB

 Konflik Rusia dan Ukraina berdampak pada menurunnya suplai kertas kraft perusahan. Direktur Utama (Dirut) PT Semen Indonesia, Donny Arsal, mengatakan stok kraft yang tersedia hanya tahan hingga September 2022.

PT Semen Indonesia menghabiskan Rp 960 miliar per tahun untuk kebutuhan kemasan atau bungkus kertas semen (kraft) yang diimpor dari Rusia. Guna memperpanjang masa stok kertas semen, PT Semen Indonesia melakukan subsitusi bahan baku yang sebelumnya menggunakan kertas kraft menjadi kertas jenis woven. 

“Kraft dan gypsum. Dua itu yang impor dari segi material. Untuk gypsum sudah dapat di dalam negeri, jadi impornya tidak terlalu banyak,” kata Donny saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR pada Selasa (12/4).

Indonesia belum memiliki pabrik pembuatan kertas kraft pasca PT Kertas Kraft Aceh tutup pada 2007 silam. Saat ini, pihaknya masih mencai alternatif pemasok kraft.

"Dari sisi kualitas, bahan kertas woven belum bisa menyamai kraft, tapi kami lagi kembangkan supaya kualitasnya bisa sama,” sambung Donny.

Selain itu, PT Semen Indonesia juga mengalami kekurangan pasokan batu bara untuk memproduksi semen. Perusahaan kekurangan 2,75 juta ton atau 37% atau dari total kebutuhan batu bara yang mencapai 7,5 juta ton pada 2022. Direktur Utama (Dirut) PT Semen Indonesia, Donny Arsal, mengatakan jatah DMO batu bara yang mencapai 160 juta ton pada tahun ini, mayoritas dialokasikan untuk PLN sebesar 77% atau 127 juta ton.

“Sisa 33% inilah yang musti diperebutkan oleh industri semen, smelter, dan lainnya,” jelas Donny.

 Guna mengamankan pasokan batu bara, Donny meminta pemerintah untuk menetapkan peraturan yang mengatur kepastian alokasi DMO batu bara kepada PT Semen Indonesia. Ia menilai, walau sudah ada aturan yang mewajibkan para pelaku usaha batu bara untuk menyisihkan DMO 25% dari rencana produksi, kepastian alokasi kepada perusahaan semen belum diatur secara rigid. 

“Kami ingin ada kepastian alokasi dari perusahaan tambang kepada kami, walaupun sudah ada batasan DMO dan jumlahnya, tapi memberikan kepada pihak lain itu tidak diatur,” kata dia.

Donny menekankan, perlu arahan dari pihak terkait untuk mendedikasikan wilayah tambang mana yang nantinya akan mengalokasikan pasokan batu bara mereka ke PT Semen Indonesia.

“Jadi misalnya tambang ‘X’ mesti kemana untuk kepastian, karena kami sudah lelang tapi sedikit yang berpartisipasi karena terkena harga DMO US$ 90 per ton,” ujar Donny.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor semen Indonesia mencapai 6,27 ribu ton pada 2021. Angka tersebut melonjak 73,74% dari tahun sebelumnya yang hanya 3,59 ribu ton.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu