Sinarmas Land Limited menjalin usaha patungan atau joint venture agreement bersama Palari Group dalam mengembangkan real estate di California, Amerika Serikat (AS). Perjanjian usaha patungan tersebut diresmikan melalui penandatanganan kemitraan strategis yang dilakukan Group CEO Sinar Mas Land, Michael Widjaja, dan CEO Palari, Basil Starr, pada 29 April 2022.
Kedua perusahaan tersebut bekerja sama untuk mengembangkan proyek hunian yang berkelanjutan dan berbasis teknologi. Untuk kepemilikan, Sinar Mas Land mengakuisisi sebesar 40% saham dari pengembangan proyek tersebut. Sinar Mas Land akan membawa pengalaman mengembangkan kota mandiri BSD City dan sebagai pelopor dalam pengembangan klaster perumahan ke sejumlah proyek Palari di Amerika Serikat.
Group CEO Sinar Mas Land, Michael Widjaja menjelaskan, Sinar Mas Land fokus untuk memberikan solusi inovatif dan berkelanjutan dalam pengembangan hunian berkelanjutan. Pihaknya terus mencari mitra yang selaras untuk merealisasikan upaya tersebut.
“Kemitraan dengan Palari membuka peluang bagi Sinar Mas Land untuk memperluas jejak internasional kami dalam membangun kota cerdas yang berkelanjutan dan bebas karbon ke pasar perumahan terbesar di Amerika Serikat.” ujarnya seperti dikutip dari keterangan pers, Kamis (19/5).
Dalam kerja sama ini, kedua belah pihak berkomitmen untuk menghadirkan teknologi pembangunan modular yang akan mempercepat konstruksi dan mengurangi emisi karbon saat proses pembangunan. Kolaborasi antara Palari dan Sinar Mas Land Group akan mengatasi kekurangan perumahan dengan cara mengembangkan rumah modern, berkelanjutan, dan terjangkau di berbagai pasar yang sedang berkembang.
CEO Palari Basil Starr mengatakan, pihaknya antusias menjalin kemitraan strategis dengan Sinar Mas Land. “Pengalaman mereka yang sukses dan sarat akan rekam pengembangan kota yang pintar, berkelanjutan, dan terjangkau sangat sesuai dengan visi Palari untuk menjadi pengembang terkemuka di Amerika Serikat bagi komunitas yang berfokus pada teknologi berkelanjutan,” ujarnya.
Perumahan di Amerika Serikat saat ini mengalami defisit, sebagian besar disebabkan oleh konstruksi tradisional tidak berkembang selama berabad-abad sehingga menjadi mahal. Selain itu, kendala juga dipengaruhi oleh kekurangan tenaga kerja dan kenaikan harga bahan baku yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Walau dunia semakin peduli dengan pemberdayaan energi, proses konstruksi bangunan masih menyumbang hampir 40% emisi karbon. Konstruksi tradisional juga sangat boros hingga membuang 30% bahan bangunan.
Meskipun demikian, daerah di AS yang termasuk dalam kota dengan properti termahal dunia tidak berada di wilayah California. Dilansir dari globalpropertyguide.com, harga beli properti di New York masuk dalam 10 kota dengan harga properti termahal. Sementara nomor satu ditempati oleh Hong Kong.