Sebuah perusahaan swasta tengah mematangkan rencana untuk membangun pabrik Bio Propylene Glycol (Bio PG) pertama di Indonesia. Dengan investasi sebesar US$ 50 juta atau sekitar Rp 758 miliar, pembangunan pabrik ini rencananya akan dimulai tahun depan.
Bio PG merupakan bahan kimia organik yang secara luas digunakan di banyak sektor industri antara lain farmasi, makanan, kosmetik, dan industri kimia.
Presiden Direktur PT Protech Mitra Perkasa, Tbk. (OASA), Bobby Gafur Umar, mengatakan, langkah PT Protech Mitra Perkasa Tbk masuk ke lini industri kimia ini sejalan dengan komitmen Perseroan untuk serius ikut menghidupkan industri hijau.
"Industri yang akan kami jalani ini juga sejalan dengan komitmen ekonomi hijau yang sekarang sedang dipacu oleh pemerintah,” ujar Bobby dalam keterangan resminya, Senin (23/4).
Pembangunan pabrik ini akan membantu industri dalam negeri, karena selama ini masih mengimpor fossil-based propylene glycol.
Padahal, Indonesia memiliki potensi sangat besar sebagai produsen bio PG, karena bahan utamanya pada pabrik ini adalah gliserol. Menurut Bobby, bahan baku ini sangat mudah didapatkan karena merupakan produk samping industri biodiesel. Kini gliserol dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk memproduksi Bio PG.
“Biodiesel juga merupakan industri oleokimia yang menghasilkan gliserol ini, merupakan industri yang sedang berkembang sangat pesat di Indonesia,” ungkap Bobby.
Pabrik di pulau Jawa ini nantinya diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 30.000 ton Bio PG per tahun, dan akan dipasarkan di dalam negeri serta untu kebutuhan ekspor. Untuk memasarkannya, PT Protech Mitra Perkasa akan bermitra dengan perusahaan asal Jepang, PT Sojitz.
"Mereka sudah punya pengalaman dan jaringan yang sangat luas dalam memasarkan produk-produk semacam ini. Mereka juga sudah siap untuk menjadi off taker nya,” jelas Bobby.
Sojitz telah menyatakan kesanggupannya untuk menyediakan kedua bahan kimia tersebut guna kebutuhan produksi, dan bertindak sebagai pemasok glyserin mentah dan refined glyserin (glyserin yang telah dimurnikan).
Secara umum, di Indonesia tengah menyiapkan beberapa infrastruktur industri energi hijau, yang terbagi menjadi 4 jenis, yakni tenaga panas bumi, tenaga surya, tenaga biomassa, dan tenaga bayu atau angin. Berikut daftarnya: