- Berdiri di kawasan industri seluas 624 hektar, 13 pabrik PKT mampu memproduksi pupuk urea sebesar 3,43 juta ton/tahun, amonia sebesar 2,74 juta ton/tahun, dan NPK sebesar 300 ribu ton/tahun.
- Pada kuartal I 2022, PKT berhasil membukukan laba bersih Rp 3,19 triliun, meningkat hampir empat kali lipat dibanding kuartal I 2021.
- Keunggulan operasional, perluasan jangkauan pasar, serta diversifikasi usaha jadi strategi pertumbuhan PKT untuk membawa industri petrokimia domestik ke kancah global.
PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) memaksimalkan peranannya dalam mentransformasi industri petrokimia domestik. Dalam lima tahun ke depan, PKT optimistis bisa mendominasi pasar Asia Pasifik. Bermodalkan kapasitas produksi, ekosistem inovasi, sumber daya manusia (SDM), serta rekam kinerja positif selama 44 tahun, PKT siap melaju dan memimpin pusaran pasar global.
Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi yakin perusahaan dapat memanfaatkan prospek pasar petrokimia. Ia optimistis perseroan mampu menyediakan pupuk untuk kebutuhan pasar domestik maupun global. Hal itu diucapkannya saat berkunjung ke pabrik PKT di Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu (8/6).
“Tren permintaan kami prediksi terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi global yang akan meningkatkan suplai pangan. Tren tersebut juga tercermin dalam kinerja positif perusahaan, yang kami pertahankan di kuartal I tahun ini,” kata Rahmad.
Pada 2021, PKT menorehkan laba sebesar Rp 6,17 triliun, tertinggi dalam sejarah perusahaan. Kinerja positif itu dipertahankan di awal tahun ini. Pada kuartal I 2022, PKT mencatatkan laba Rp 3,19 triliun, meningkat hampir empat kali lipat dibanding posisi yang sama tahun lalu. Bahkan, dalam kurun waktu April 2022 saja, perolehan laba Pupuk Kaltim telah mencapai Rp 2 triliun.
Kinerja Pupuk Kaltim juga telah diakui dalam berbagai penghargaan. Di antaranya, The Most Trusted Companies pada ajang Indonesia Most Trusted Company 2021, dan peraih Peringkat Emas Proper Nasional untuk kelima kalinya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021. “Tentunya kami sangat bangga atas berbagai capaian perusahaan ini,” ucap Rahmad.
Kinerja positif ini tidak lepas dari strategi pertumbuhan PKT. Strategi tersebut berfokus pada tiga pilar utama. Pertama, keunggulan operasional dan rantai pasok melalui efisiensi energi dan optimalisasi infrastruktur. Kedua, keunggulan diversifikasi dengan pengembangan bisnis di sektor hilirisasi petrokimia, serta energi terbarukan.
Ketiga, keunggulan jangkauan pasar dengan peningkatan kapasitas domestik dan ekspansi di pasar global. Ketiga strategi ini juga diterapkan perusahaan untuk meraih keseimbangan dalam tiga aspek yang disebut 3P, yakni SDM (people), bumi/lingkungan (planet) dan keuntungan (profit).
PKT memiliki 13 pabrik yang terdiri dari 5 pabrik amonia, 5 pabrik urea, 1 pabrik NPK Fused Granulation, 1 pabrik NPK Blending, dan pabrik 1 boiler batu bara dalam kawasan seluas 443 hektare di Kota Bontang.
Dengan kapasitas produksi 3,43 juta ton urea dan 2,74 juta ton amonia setiap tahun, PKT memegang posisi produsen urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Sementara untuk produksi NPK (nitrogen, fosfor dan kalium), PKT memiliki kapasitas sebesar 300 ribu ton per tahun.
Direktur Operasi dan Produksi PKT Hanggara Patrianta mengatakan, untuk mempertahankan konsistensi produktivitas, pihaknya memperkuat sistem operasional dengan menanamkan kultur inovasi di lingkungan internal perusahaan. Hal itu salah satunya dilakukan dengan riset dan implementasi teknologi mutakhir demi efisiensi energi dan pemakaian bahan baku.
Hal tersebut terlihat pada proses revitalisasi unit amonia Pabrik-2 PKT, yang nantinya dapat menurunkan pemakaian gas bumi hingga 4 million british thermal units (mmbtu) per ton.
Transformasi digital juga tidak luput dari agenda transformasi perusahaan. Transformasi digital dilakukan mulai dari produksi, distribusi, hingga teknologi pemupukan. Selama pandemi, PKT telah membuat 16 aplikasi dan berhasil meningkatkan produktivitas hingga 141 persen.
Fokus pada Aspek ESG
Selain operasional dan inovasi teknologi, aspek keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat yang sesuai dengan kaidah lingkungan (environtment), sosial (social) dan pemerintahan (governance) atau ESG turut menjadi prioritas perusahaan.
Hal ini tertuang pada visi dan misi tanggung jawab sosial perusahaan yang fokus pada pembangunan ekonomi, khususnya bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menangah (UMKM). Aktivitas ini juga mendukung pengembangan pendidikan dan penyediaan fasilitas kesehatan masyarakat.
Komitmen ini diwujudkan dalam berbagai program yang telah dijalankan PKT Kota Bontang. Di antaranya, dari sisi teknologi pertanian, PKT telah menerapkan digitalisasi secara menyeluruh dengan pemanfaatan data raya (big data) dalam Program Makmur. Program tersebut merupakan bentuk kemitraan terpadu untuk memberikan solusi pertanian, yang dipelopori PKT.
Sementara dari aspek sosial dan pendidikan, PKT telah mencanangkan Beasiswa Pendidikan Vokasi Industri setara D-1 bagi anak-anak di wilayah timur Indonesia. Program tersebut telah dilaksanakan selama dua tahun terakhir. Selain mendapat ijazah setara D-1, para peserta juga menerima sertifikat profesi dari PKT maupun Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Dari aspek ekonomi, terdapat beragam mitra binaan usaha mandiri masyarakat di Bontang. Bahkan di tahun ini, tiga mitra binaan PKT, yaitu budidaya tanaman obat keluarga oleh Kelompok Makrifah Herbal, Inkubator Bisnis Permata Bunda, dan Lembaga Pelatihan dan Kursus (LPK) Suvi Training telah berhasil menjadi lembaga-lembaga yang independen.
Lembaga-lembaga tersebut dinilai mampu berusaha secara mandiri di berbagai sektor yang dikembangkan selama masa pembinaan oleh PKT dalam 4-5 tahun terakhir.
Hasil dari berbagai kegiatan tersebut juga telah membuahkan respons positif dari masyarakat. Berdasarkan hasil survei kepuasan lingkungan yang dilakukan tahun 2021, ragam program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PKT telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Dalam menjalankan bisnis, PKT senantiasa berkomitmen memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) kami, termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar tempat pabrik beroperasi,” pungkas Rahmad.
(Tim Riset Katadata)