LG Chemical menanamkan uang senilai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 141 triliun dalam pembangunan industri ekosistem baterai listrik di dalam negeri, salah satunya adalah pabrik pemurnian bijih nikel dan battery cell di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah. Kementerian Investasi (Kemenves) menghitung dampak dari investasi baterai kendaraan listrik di Batang mencapai US$ 5,6 miliar atau sekitar Rp 81 triliun per tahun.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi penanaman investasi LG Chemical di Batang berkat arahan Presiden Joko Widodo yang mendorong pembangunan industri ekosistem baterai EV di dalam negeri pada 2019. Bahlil menyebut, untuk memenuhi arahan tersebut bukan tugas yang mudah karena hadangan dari dunia internasional.
"(Realisasi industri) baterai (EV) ini godaannya banyak (karena) kelihatannya sebagian negara-negara tetangga kita belum ikhlas kalau Indonesia menjadi negara industrialisasi baterai mobil. Banyak sekali pencak silatnya," kata Bahlil dalam "Seremoni Implementasi Tahap Kedua Industri Baterai Listrik Terintegrasi di KIT Batang", Rabu (8/6).
Bahlil menyebutkan salah satu keberhasilan realisasi investasi LG Chemical di Batang adalah hasil kesepakatan antara pemerintah Indonesia, Korea Selatan, dan LG pada 2020. Isi kesepakatan tersebut memutuskan Indonesia sebagai tempat pembangunan industri ekosistem baterai mobil.
Bahlil mencatat potensi serapan tenaga kerja saat pabrik baterai terintegrasi ini mencapai 20.000 orang. "Ini khusus untuk pabrik mobil (saja), bukan (dampak serapan tenaga kerja) untuk Kawasan (Industri Batang)," kata Bahlil.
Bahlil mendorong LG Chemical untuk bekerja sama dengan pengusaha daerah dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terkait pengelolaan baterai bekas menjadi baterai baru. Selain itu, Bahlil menyebutkan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dapat mengambil bagian penting dalam inisiasi tersebut.
"Bapak Presiden LG, mulai sekarang jangan lagi ragu. Kalau ada apa-apa, kita selesaikan secara adat Indonesia," kata Bahlil.
Pemerintah telah menyiapkan KIT Batang sebagai kawasan pengembangan baterai kendaraan listrik sejak beberapa tahun terakhir. Kawasan industri seluas 4.300 ha itu menjadi industri terintegrasi antara baterai listrik dan pabrik mobil listrik dengan sejumlah keunggulan seperti dekat dengan tol dan kota Semarang, serta dekat pelabuhan untuk ekspor.
Bahlil mengatakan ketertarikan perusahaan kendaraan listrik berinvestasi karena Indonesia menyiapkan ekosistem baterai mobil listrik yang komprehensif mulai dari hulu hingga ke hilir, yakni dari tambang, smelter, prekursor, sel baterai, hingga daur ulangnya.
Selain itu dia memastikan ongkos produksi di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan lokasi lain di dunia. Pemerintah siap memfasilitasi investor untuk memproses perizinan jika ingin berinvestasi di Indonesia.