Beda dengan Telur, Harga Daging Ayam Anjlok Sejak Agustus

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/hp..
Pekerja memberi pakan ayam kampung petelur yang dibudidayakan di Desa Suak Seuke, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Kamis (14/7/2022).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
24/8/2022, 11.27 WIB

Dalam praktiknya, kata Mukhlis, perusahaan dagang plat merah akan menyerap surplus produksi peternak ayam potong. Mukhlis menilai langkah ini penting untuk mengurangi kepanikan peternak ayam dan menjamin kelanjutan produksi.

Di samping itu, Mukhlis telah meminta pemerintah untuk memprioritaskan peternak ayam potong berskala kecil dan mikro untuk mendapatkan subsidi pakan. Pasalnya, harga pakan saat ini masih di kisaran Rp 8.000 - Rp 9.200 per kilogram (Kg), sedangkan harga jagung telah turun hingga Rp 750 per Kg.

Mukhlis berpendapat fenomena tersebut yang menyebabkan margin peternak ayam makin terkikis. Pasalnya, biaya produksi tetap tinggi, sedangkan harga di pasar rendah akibat kelebihan pasokan.

Di sisi lain, Mukhlis mengatakan kelebihan pasokan produksi tersebut tidak bisa dialihkan ke pasar ekspor. Menurutnya, harga yang ditawarkan oleh mayoritas peternak ayam potong swadaya tidak kompetitif jika bersaing dengan peternak ayam potong berskala besar.

"Peternak ayam swadaya nggak bisa bakar uang. Kami nggak bisa bersaing dari harga karena harga pakan masih tinggi. Karena pakan 70% dari biaya produksi, harga pakan harus ditekan dulu, baru bisa bersaing di pasar ekspor," kata Mukhlis.

Pada Juli 2022, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor produk unggas perdana ke Singapura sebanyak 50 ton atau senilai Rp 2 miliar. Ekspor produk unggas tersebut dilakukan oleh PT. Charoen Pokhpand Indonesia (CPI) dalam bentuk daging ayam beku dan daging ayam olahan.

CPI memiliki komitmen ekspor sebanyak 1.000 ton hingga akhir 2022 yang akan dikirim secara bertahap. Volume ekspor unggas tersebut akan terus bertambah menyesuaikan kondisi pasar Singapura.

“Ekspor ini membuktikan Indonesia semakin mendapat kepercayaan dunia, kesiapan produk - produk pertanian kita, lebih khusus produk ternak kita layak dan mampu memenuhi standar yang dibutuhkan pasar ekspor,” kata Syahrul dalam keterangan resmi, Rabu (13/7).

Adapun harga telur terus meroket. Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau IKAPPI, Abdullah Mansuri, mengatakan bahwa persoalan telur ini sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. "Sebelumnya harga telur Rp 27.000 menuju Rp 29.000, ke Rp 30.000 bahkan sekarang sampai Rp 32.000 per kilo," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (23/8).

Dia mengatakan, harga telur saat ini tertinggi dalam sejarah. "Kami berharap agar persoalan di lapangan seperti persoalan pangan, petelur, persoalan distribusi menjadi persoalan yang fokus harus di selesaikan bukan lari dari persoalan," kata Abdullah.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief