Produsen angkat bicara soal penyebab kelangkaan minyak goreng yang terjadi pada Februari 2022 hingga pertengahan Maret 2022. Disebutkan, minimnya ketersediaan minyak goreng di pasar merupakan strategi perusahaan minyak goreng untuk menghindari kerugian.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang atau Franky mengatakan, harga minyak goreng saat itu tinggi karena kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) internasional. Harga CPO internasional yang tinggi membuat produsen CPO lebih memilih menjual barangnya ke pasar ekspor daripada industri domestik.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki mendata harga CPO per Maret 2022 di Rotterdam mencapai US$ 1.813 per ton atau naik US$ 291 per ton dari bulan sebelumnya. Sementara itu, harga CPO di dalam negeri mencapai US$ 1.151 per ton.
Dengan demikian, industri domestik membeli harga CPO dengan harga internasional. Dengan demikian, biaya produksi minyak goreng pun naik secara signifikan.
"Saat itu pemerintah menetapkan harga minyak goreng saat itu Rp 14.000 per liter. Jika itu dilakukan, semua perusahaan minyak goreng rugi. Itu akibatnya semua produsen minyak goreng tidak bisa menjual hasil produksi karena tidak ada masa transisi," kata Franky dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII, Selasa (13/9).
Sebagai informasi, emiten makanan dan minuman milik Grup Salim ini memproduksi minyak goreng kemasan premium melalui anak usahanya, yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk atau SIMP. INDF memiliki 73,46% saham SIMP melalui anak usahanya, Indofood Agri Resources Ltd, sebesar 73,46% dan secara langsung sebesar 6,68%.
Jenis minyak goreng yang diproduksi oleh SIMP adalah minyak goreng kemasan premium dengan merek dagang Bimoli. Berdasarkan catatan Katadata, harga jual Bimoli pada kuartal I-2022 sempat menyentuh harga Rp 25.000 per liter.
Franky mengatakan, kebijakan pemerintah terkait satu harga minyak goreng senilai Rp 14.000 per liter membuat peritel yang menjual Bimoli terancam terkena pidana. Maka dari itu, lanjut Franky, pihaknya tidak bisa menjual Bimoli di pasaran.
"Akibatnya, kelihatannya minyak goreng langka di pasaran, padahal itu yang terjadi," kata Franky.
Dalam perkembangannya, Franky mengatakan saat ini SIMP telah menambah jenis produksi minyak goreng, yakni minyak curah. Hal tersebut dilakukan saat Kementerian Perindustrian mewajibkan produsen minyak goreng untuk pasar domestik untuk mendukung penurunan harga minyak goreng.
Imbauan tersebut dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Minyak Goreng Curah atau Simirah. Akhirnya, SIMP terpaksa harus merambah bisnis distribusi selain menambah produksi jenis minyak goreng yang baru.
"Program Simirah berjalan terus dan telah dikembangkan dengan Simirah 2.0, akhirnya harga minyak goreng curah merata secara nasional senilai Rp 14.000 per liter," kata Franky.
Direktur Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk Irwan Tirtariyadi mengatakan, pasokan CPO tidak berkurang saat kelangkaan minyak goreng berlangsung atau pada kuartal I-2022. Irwan mencatat volume penjualan minyak goreng di dalam negeri pada paruh pertama 2022 bahkan tidak berubah secara tahunan atau sekitar 130.000 ton.
Irwan menyebutkan minyak goreng yang dijual di dalam negeri berasal dari pabrik penyulingan yang ada di DKI Jakarta dan Jawa Timur. Jenis minyak goreng yang diproduksi adalah minyak goreng kemasan premium dengan merek dagang Filma dan Kunci Mas.
Irwan menekankan Sinar Mas Agro terus mematuhi semua aturan pemerintah yang kerap berubah pada kuartal I-2022.
"Harus diakui, setengah tahun 2022 ini kita belajar mencari kebijakan publik yang pas untuk mengutamakan kepentingan masyarakat kecil untuk mendapatkan minyak goreng yang terjangkau," kata Irwan.