Kisruh Perbedaan Data Stok Beras hingga Berujung Rencana Impor

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (25/11/2022). Perum Bulog mengklaim stok beras di seluruh gudang Bulog secara nasional sebanyak 600 ton tersebut dapat mencukupi kebutuhan di pasaran hingga akhir tahun 2022.
29/11/2022, 14.28 WIB

"Saya memahami data stok ini relatif sulit karena mengukur beras yang ada di pedagang dan rumah tangga. Karena belum ada di BPS, setiap lembaga memiliki melakukan survey sendiri dan memiliki persepsi yang berbeda terkait itu," ujarnya.

Namun demikian, Dwi Andreas menolak jika Indonesia harus melakukan impor beras untuk memenuhi CBP Bulog. Menurut dia, proses impor membutuhkan waktu yang lama yaitu sekitar 2-3 bulan.

Jika pemerintah memutuskan impor sekarang, kemungkinan barang dari  luar negeri baru akan datang ke Indonesia sekitar Februari 2023. Di saat bersamaan, petani akan memasuki panen raya sehingga akan mempengaruhi harga jual.

"Kalau impor sekarang tidak ada manfaatnya. Memang jumlahnya kecil, tapi akan mempengaruhi psikologis sehingga harga gabah petani bisa anjlok," ujarnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras sebanyak 301,7 ribu ton pada periode Januari-Oktober 2022. Jumlah tersebut susut 20,4 juta ton (6,34%) dibanding Januari-Oktober 2021.

Kemudian nilai impor beras nasional periode Januari–Oktober 2022 mencapai US$137,42 juta, turun 5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, impor tersebut merupakan kategori beras khusus yang digunakan oleh kalangan tertentu atau restoran.

Seperti terlihat pada grafik, dalam tiga tahun terakhir volume impor beras Indonesia mencapai level tertinggi pada kuartal III 2022, yakni 162,22 ribu ton. Jumlah tersebut melonjak 116% dibanding kuartal sebelumnya, serta naik 76,3% dibanding kuartal III tahun lalu.

Halaman: