Petani menolak usulan Bulog untuk impor beras. Jika pemerintah impor sekarang, beras kemungkinan akan tiba pada Februari 2023 yang bertepatan dengan masa panen petani dalam negeri.
Ketua Umum Perkumpulan Penggiling Padi dan Pengusaha Beras atau Perpadi, Sutarto Alimoeso, impor seharusnya dilakukan pada saat yang tepat.
"Sekarang ini bagaimana mengatur untuk menahan harga beras dalam waktu satu sampai dua bulan ini. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengeluarkan stok pemerintah," ujar Sutarto kepada Katadata.co.id, pada Selasa (29/11).
Dengan demikian, menurut Sutarto, pemerintah seharusnya melepas cadangan berasnya untuk mengisi kekurangan pasokan beras yang tersendat di pasaran pada saat ini. Impor seharusnya menjadi opsi terakhir jika nantinya stok beras di lapangan benar-benar sudah menipis.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi (AB2TI), Dwi Andreas, mengatakan rencana impor beras Bulog tidak akan bermanfaat jika dilakukan sekarang.
Dia mengatakan, impor membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan. Jika impor dieksekusi saat ini, kemungkinan beras akan tiba pada Februari 2023. Sementara di Maret 2023, petani mulai panen raya.
"Impor beras jumlahnya memang kecil, tapi berdampak psikologis sehingga harga akan jatuh," ujarnya.
Menanggapi hal ini Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Perum Bulog, Tomi Wijaya, mengatakan bahwa panen raya akan berlangsung mulai akhir Februari dan puncak nya pada Maret 2023. Artinya selama menunggu panen raya, Bulog harus menggelontorkan terus beras untuk Ketersedian Pasokan dan Stabilisasi Harga atau KPSH agar harga beras di pasaran bisa terkendali.
"Jadi negara butuh stok itu saat ini untuk operasi pasar," ujar Tomi, kepada Katadata.co.id, pada Selasa (29/11).
Dia mengatakan, keputusan impor beras tidak hanya dilakukan oleh Bulog melainkan melalui rapat koordinasi pemerintah. Tomi mengatakan bahwa Bulog hanya sebagai operator yang melaksanakan penugasan dari regulator.
"Jadi untuk kebijakan impor itu bukan hanya kemauan Bulog, tapi keputusan bersama demi menjaga stabilitas harga beras nasional," ujarnya.
Badan Pusat Statis (BPS) melaporkan produksi padi sepanjang Januari-September 2022 mencapai 45,43 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
Kemudian sepanjang periode Oktober-Desember 2022, BPS memperkirakan produksi meningkat 1,34 juta ton GKG atau menjadi 10,24 juta GKG. Rinciannya, produksi padi bakal mencapai 4,94 juta ton GKG pada September 2022, berikutnya 2,81 juta GKG pada November, serta 2,48 juta GKG pada Desember.
Dengan demikian, produksi Indonesia diproyeksikan tumbuh 2,31% menjadi 55,67 juta ton GKG sepanjang tahun ini. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat 1,25 juta ton (2,31%) dari produksi padi tahun lalu yang seberat 54,42 juta ton GKG.