Stok Gula Kosong, Industri Mamin Terancam Setop Produksi pada Januari

ANTARA FOTO/Fauzan/pras.
Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/4/2020).
9/12/2022, 09.50 WIB

Industri makanan dan minuman terancam berhenti produksi pada Januari 2023 karena kekurangan pasokan gula kristal rafinasi. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau GAPMMI, Adhi S. Lukman, mengatakan bahwa stok GKR tersebut hanya dapat mencukupi hingga akhir Desember 2022. 

Dia mengatakan, sebagian industri bahkan hanya memiliki stok gula yang bisa digunakan sampai 7-14 hari ke depan. "Berarti stok GKR hingga akhir bulan Desember lah ya. Nah ini makannya Januari harus sudah tersedia (stok GKR)," ujar Adhi kepada Katadata.co.id, Jakarta, Rabu (7/12).

Adhi mengatakan, kekurangan pasokan GKR ini di luar perkiraan. Pemerintah sebenarnya sudah memberikan kuota pasokan gula rafinasi lebih besar dari tahun lalu. Industri makanan dan minuman rata-rata membutuhkan 300 ribu ton GKR per bulan.

Namun demikian, permintaan domestik untuk produk mamin melonjak hingga 16% sejak Covid-19 mereda. Selain itu, oermintaan ekspor juga melonjak hingga 22%.

"Mungkin karena ini juga bisa terjadi kekurangan atau penyebab lainnya, saya belum bisa pastikan," ujar Adhi.

Industri desak impor gula ditambah

Adhi menyampaikan, kekurangan GKR ini telah dirasakan kurang lebih sejak dua pekan terakhir. Para pelaku usaha kini mendesak pemerintah untuk menambah impor gula agar rafinasi produksi perusahaan tidak berhenti.  

"Saya sudah bahas dengan pemerintah, pemerintah sedang rapat mencarikan solusi dan sebenarnya sedang dalam bahasan neraca komoditas," ujarnya.

 Adhi menjelaskan neraca komoditas tersebut sedang dalam proses, dan dari informasi terakhir yang didengar olehnya, pemerintah akan mempercepat proses neraca komoditas ini sehingga bisa bisa segera dikeluarkan izin untuk impor GKR nya.

 Head of Corporate Communication & Relation PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, Dian Astriana berharap pemerintah dapat membuka keran impor bahan baku untuk gula kristal rafinasi agar dapat memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. Gula kristal rafinasi merupakan salah satu bahan baku utama yang harus terpenuhi dalam memproduksi mayoritas produk Garudafood.

"Terkait ketersediaan pasokan GKR, apabila terkendala maka tentu berpotensi mempengaruhi kelancaran produksi kami" ungkapnya dalam keterangan tertulis.

Produsen makanan ringan PT Arnott's Indonesia juga mengalami kesulitan pasokan gula kristal rafinasi. Procurement Manager PT Arnott's Indonesia, Oktaviana Quinta Dewi, mengatakan seretnya pasokan gula ini berisiko mengganggu kegiatan produksi hingga terancam setop produksi.

"Shortage gula ini memberikan risiko di proses produksi kami. Kami berharap pemerintah bisa segera mengeluarkan kebijakan," ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia telah mengimpor 5,53 juta ton gula pada 2020. Dari jumlah tersebut, impor gula paling banyak berasal dari Thailand, yakni 2,02 juta ton atau 36,59% dari total volume impor gula tahun lalu.

Reporter: Nadya Zahira