Anggaran Rp 900 M untuk Atasi Pangan, Mengapa Harga Beras Masih Mahal?

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.
Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan (kiri) melakukan sidak harga sembako di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (20/2/2023).
Penulis: Nadya Zahira
Editor: Yuliawati
22/2/2023, 17.57 WIB

Pemerintah menghabiskan anggaran Rp 900 miliar selama Januari 2023 untuk menekan harga pangan, salah satunya beras. Namun, harga beras masih mahal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan alokasi anggaran ketahanan pangan diharapkan mampu menstabilkan harga beras yang melonjak. "Kami berharap alokasi anggaran ketahanan pangan bisa menangani tadi masalah terutama harga pangan, beras yang diharapkan bisa stabil," ujar Sri Mulyani, Rabu (22/2).

Anggaran ketahanan pangan ini secara rinci digunakan Kementerian PUPR Rp 630 miliar untuk membangun bendungan dan irigasi. Kemudian digunakan Kementerian Pertanian Rp 125 miliar.

Hingga saat ini, harga beras masih melonjak. Harga beras medium I tembus Rp 15.000 per kg di sejumlah provinsi. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari harga eceran tertinggi atau HET beras medium senilai Rp 9.450 per kg.

Berdasarkan data hargapangan.id yang dirilis Bank Indonesia, harga rata-rata nasional beras medium I mencapai Rp 13.250 pada Rabu (22/2). Harga beras medium di sejumlah daerah tercatat tinggi yaitu DKI Jakarta Rp 14.550 per kilogram, Sumatera Barat Rp 15.100 per kilogram, Kalimantan Selatan Rp 15.600 per kilogram dan Kalimantan Tengah Rp 17.100 per kilogram.

Sedangkan, berdasarkan pantauan Katadata.co.id di pasar tradisional Pondok Labu, Jakarta Selatan, pada Rabu (22/2), harga beras medium mencapai Rp 13.000 per kg. Harga beras tersebut naik tajam dibandingkan dua pekan sebelumnya yang hanya mencapai Rp 10.500 per kg. Sementara beras kualitas bawah mencapai Rp 9.500 per kg, naik dari bulan sebelumnya Rp. 8.000 per kg.

Beras premium juga ikut naik hingga mencapai Rp 14.000 per kg. Angka tersebut melonjak dibandingkan pada dua minggu sebelum nya yang hanya mencapai Rp 11.000 per kg.

Pedagang Keluhkan Bulog Hanya Andalkan Operasi Pasar

Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan menilai lonjakan harga beras disebabkan oleh Badan Urusan Logistik atau Bulog yang hanya mengandalkan operasi pasar.

“Memang belum optimal dan belum efektif penurunan harga beras ini dikarenakan Bulog hanya mengandalkan operasi pasar, yang notabennya operasi pasar tersebut tidak menggelar atau tidak melaksanakannya di dalam pasar, tapi justru di luar pasar,” ujar Reynaldi kepada Katadata.co.id, pada Rabu (22/2).

Reynaldi mengatakan operasi pasar ini juga membuat para pedagang yang memiliki stok beras impor maupun lokal kesulitan menjual berasnya.

“Maka kami mendorong supaya ada operasi pengendalian harga dengan cara apa? Beras yang dimiliki oleh Bulog saat ini baik itu impor ataupun serapan dari petani segera didistribusikan ke pasar-pasar. Kalau bulog masih berjualan atau operasi pasar di luar pasar, ini akan mengalami permasalahan terus di kemudian hari,” ujarnya.

Reynaldi mengatakan para pedagang beras merasa kecewa karena impor beras tidak berhasil meredam harga. Hingga sampai saat ini harga beras medium rata-rata masih dijual di atas Rp 12.000 - Rp 13.000 per kilogram.

Dia meminta Bulog untuk serius menangani permasalahan harga beras yang masih melonjak, agar persiapan para pedagang menjelang Ramadan dan Idul Fitri bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, masyarakat juga bisa membeli beras dan komoditas lain dengan harga yang terjangkau.

“Permasalahan ini harus ditangani dengan baik, harga harus bisa secepatnya diturunkan, dan jangan sampai seperti minyak goreng langka dimana-mana. Malu kita negara penghasil padi terbesar, ternyata dalam negeri sendiri mengalami persoalan,” kata dia.

Selain itu, dia mengimbau kepada Bulog untuk fokus dalam menangani persoalan harga beras yang masih melonjak di pasaran, agar saat datangnya bulan puasa Ramadan dan lebaran Idul Fitri, Indonesia bisa memiliki stok beras yang melimpah.

“Bulog fokus saja menangani persoalan harga beras, jangan fokus dengan urusan lain. Maret nanti akan mengalami panen raya dan harga gabah kering di petani harus ditingkatkan agar petani juga sejahtera, agar dari hulu ke hilir sejahtera,” katanya.

Pedagang Beras, Muhammad Ridwan, mengatakan kenaikan harga beras sudah terjadi sejak awal Januari 2023. Namun dia tidak mengetahui alasan yang pasti atas kenaikan harga beras tersebut. Dia meminta kepada pemerintah untuk bisa mengupayakan agar harga beras turun.

“Saya mohon kepada pemerintah bisa segera menurunkan harga beras, agar tidak sepi pembeli. Karena kalau harganya mahal saya sebagai pedagang bingung mau menjual harganya seperti apa. Saya juga kaget harganya bisa semahal ini,” ujar Ridwan di Pasar Pondok Labu, Jakarta pada Rabu (22/2).

Menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS, beras merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi sebesar 2,34% pada Januari ini. Rata-rata harga beras terus naik sejak 2018.

United States Department of Agriculture atau USDA memproyeksikan produksi beras global mencapai 503,27 juta metrik ton MT pada musim 2022/2023, turun 11,78 juta MT atau 2,29% dari musim 2021/2022.

Pada musim ini Tiongkok menjadi negara penghasil beras terbesar, yaitu 147 juta MT. Adapun Indonesia menjadi produsen beras terbesar keempat di dunia, sekaligus nomor satu di Asia Tenggara dengan estimasi produksi 34,6 juta MT pada musim 2022/2023.

Reporter: Nadya Zahira, Abdul Azis Said