Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil) atau CPO diramalkan bakal terganggu karena dampak fenomena El Nino atau pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal. Namun, gangguan produksi baru akan terlihat mulai 2024.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit atau Gapki Eddy Martono memprediksi gangguan produksi kelapa sawit tak akan signifikan pada tahun ini. Gapki memperkirakan penurunan signifikan pada tahun depan setelah terjadinya fenomena El Nino.
"Kalau di tahun terjadinya El Nino yang terhambat hanya kematangan buah jadi penurunan produksinya tidak terlalu signifikan. Produksi menurun baru tahun depannya setelah El Nino, apalagi kalau perawatan tanaman sebelumnya kurang bagus," ujar Eddy kepada Katadata.co.id, Selasa (2/5).
Eddy mengatakan untuk tahun ini dengan adanya El Nino penurunan produksi kelapa sawit diprediksi masih dibawah 10% yang artinya masih dalam kondisi aman. "Dengan catatan tidak terjadi kebakaran," kata dia.
Dia mengatakan kebakaran tersebut bisa terjadi karena adanya pembakaran lahan di sekitar kebun yang akhirnya dapat merambat ke seluruh permukaan kebun kelapa sawit. Kebakaran tersebut juga dapat terjadi karena aturan masih memperbolehkan masyarakat membuka lahan dengan cara membakar seluas 2 hektar untuk kearifan lokal, utamanya untuk tanaman pangan.
"Jangan sampai terjadi kebakaran, maka harus mengaktifkan tim di perusahaan untuk jaga api, termasuk membantu pemadaman apabila terjadi kebakaran di sekitar kebun," kata dia.
Oleh sebab itu dia mengatakan, agar tidak terjadi penurunan produksi kelapa sawit yang signifikan akibat fenomena El Nino, Gapki mengambil sejumlah antisipasi agar tidak memberikan dampak yang cukup parah. Salah satunya bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK untuk memodifikasi cuaca.
"Modifikasi cuaca yang dimaksud yaitu seperti membuat hujan apabila masih memungkinkan," ujar Eddy.
Sementara itu, Kemendag bersama dengan Kementerian Pertanian, dan Badan Pangan Nasional, akan tetap memonitor pergerakan pasokan pangan termasuk kelapa sawit. Tujuannya untuk mengamankan pasokan pangan.
Antisipasi El Nino dari Sisi Hulu dan Hilir
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan, hal lain yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi fenomena El Nino yakni dengan melihat dari dua sisi, hulu dan hilir.
Adapun dari sisi hulu yaitu, perlu adanya peningkatan produksi pangan khususnya kelapa sawit dengan berbagai cara, agar fenomena tersebut tidak membuat harga minyak goreng tinggi. Upaya ini menjadi wilayah yang harus ditangani oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian
"Namun untuk di sisi hilir, maka kita harus melakukan langkah-langkah penguatan stok, penguatan cadangan pemerintah," ujar Ketut.
Ketut mengatakan dampak El Nino juga dapat berimbas pada harga pangan yang menjadi tidak stabil, hingga pasokan pangan yang diprediksi akan mengalami kekurangan. Untuk itu, dalam rangka menjaga pasokan dan stabilisasi harga, Bapanas telah menetapkan cadangan pangan khususnya minyak goreng.
"Ini tahap awal sebanyak kurang lebih sebanyak 100.000 ton, ini kita perintahkan kepada Bulog dan ID Food untuk menyiapkan cadangan pangan tersebut dan akan digunakan dalam rangka stabilisasi pasokan maupun harga," kata Ketut.
Dia meminta agar Bulog bisa menjadi distributor pertama dalam penyaluran cadangan pangan minyak goreng. Dengan demikian, diharapkan dapat membentuk harga yang lebih terjangkau di pasaran.
Dikutip dari Databoks Katadata, terdapat 20 provinsi dengan penjualan harga minyak goreng di bawah rata-rata nasional. Tiga provinsi dengan harga jual minyak goreng terendah adalah Jambi, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Utara.