Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia atau Gapmmi memprediksi harga semua komoditas pangan yang masih bergantung terhadap impor akan naik imbas adanya fenomena cuaca buruk El Nino pada Agustus-September 2023.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan hal itu karena beberapa negara sudah memutuskan untuk melarang ekspor bahan pangannya guna mengantisipasi kekeringan dampak adanya cuaca ekstrem El Nino.
"El Nino ini harus diwaspadai menurut saya, karena paling tidak akan menaikan harga kalau suplainya berkurang, karena produksi pangan kita juga tidak cukup, jadi bahaya. Apalagi yang ketergantungan impor," ujar Adhi saat ditemui di Jakarta, Rabu (2/7).
Dia menyebutkan, adapun komoditas pangan yang dipastikan naik imbas adanya El Nino yaitu gula, kedelai, beras dan daging sapi. Hal ini lantaran empat komoditas pangan tersebut masih sangat bergantung kepada impor. Apalagi, India sudah memutuskan untuk menyetop ekspor berasnya.
"Pokoknya produk yang sering diimpor oleh Indonesia akan naik harganya, untuk presentasi kenaikan saya belum tau berapanya, tapi kalau gula akan naik 10%," kata dia.
Dia mengatakan, harga gula industri diperkiraan Rp 12.000 - Rp 13.000. Untuk itu, saat ini pengusaha industri makanan dan minuman sebagian telah mengganti gula untuk produk maminnya dengan stevia.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyebutkan stok beras dan gula pasir masih dalam kondisi aman karena berada di atas kebutuhan per bulan. Adapun stok gula pasir tercatat sebanyak 151.374,64 ton dengan total kebutuhan 283.331 ton per bulan.
Sementara stok beras saat ini sudah mencapai 806,682 ton. Dari jumlah tersebut, stok beras yang dikuasai Bulog secara total sebanyak 806,344 ton, yang terdiri dari Cadangan Beras Pemerintah 747,219 ton dan komersial 59,125 ton. Sedangkan stok milik ID Food sebanyak 338 ton.
“Lalu untuk stok daging sapi dan daging kerbau masing-masing sebanyak 2.452,06 ton dan 7.517,38 ton,” tuturnya.
Oleh sebab itu, Badan Pangan Nasional memastikan stok pangan komoditas strategis aman hingga akhir tahun, meskipun Indonesia akan menghadapi ancaman El Nino.
FAO memperkirakan, fenomena El Nino tahun ini bisa memicu kekeringan di 42 negara yang tersebar di Amerika Selatan, Amerika Tengah, Afrika, dan Asia-Pasifik.
FAO pun mendorong negara-negara yang rawan terdampak agar menyiapkan langkah antisipasi, mulai dari rehabilitasi saluran irigasi dan sumber air lainnya, memastikan ketersediaan pakan ternak, hingga membuat program dukungan bagi petani untuk meminimalkan kerugian panen.
Berikut daftar negara yang rawan kekeringan akibat El Nino pada 2023 menurut prediksi FAO:
Amerika Selatan:
- Bolivia
- Brazil
- Kolombia
- Kosta Rika
- Republik Dominika
- Ekuador
- Guatemala
- Guyana
- Haiti
- Meksiko
- Panama
- Peru
- Trinidad-Tobago
- Venezuela
Afrika:
- Botswana
- Côte d'Ivoire
- Kongo
- Gabon
- Lesotho
- Malawi
- Mozambique
- Namibia
- Nigeria
- Afrika Selatan
- Swaziland
- Zambia
- Zimbabwe
Asia-Pasifik:
- Australia
- Kamboja
- Fiji
- Indonesia
- Laos
- Malaysia
- Myanmar
- Papua New Guinea
- Filipina
- Thailand
- Timor Leste
- Vietnam
Amerika Tengah:
- El Salvador
- Honduras
- Nikaragua