Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong pelaku usaha mabel domestik untuk menjalin model usaha kemitraan dengan perusahaan furnitur luar negeri. Hal ini karena potensi mebel Indonesia masih belum tergarap sepenuhnya.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat menyampaikan sambutan pembukaan Indonesian Furniture Industry And Handicraft Association (IFFINA) Tahun 2023 di ICE BSD Tangerang, Banten.
Jokowi juga mengajak pelaku usaha mebel domestik harus mulai aktif untuk menjajaki usaha kolaborasi dengan pengusahaan luar negeri. Hal tersebut ditujukan untuk kembali meraih kejayaan bisnis mabel Indonesia yang sempat merajai dunia pada tahun 90-an.
Dia mendorong pengusaha mebel domestik untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan mabel dari seluruh kawasan seperti Eropa, Amerika Serikat, hingga Cina.
"Kita harus terbuka. Jangan dimiliki sendiri lah perusahan itu, terbuka dan mau ber-partner," kata Jokowi dalam sambutannya seperti dikutip dari laman Sekretariat Presiden, Jumat (15/9).
Menurut Jokowi, Indonesia punya sejumlah modal untuk merealisasikan potensi usaha mabel nasional. Indonesia memiliki keunggulan dalam sisi bahan baku, keahlian sumber daya manusia dan kekayaan seni budaya.
Jokowi mengatakan monetisasi usaha mebel nasional pada tahun lalu mencapai US$ 2,8 miliar atau Rp 42,9 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.350 per dolar AS. Angka ini jauh dari nilai pasar mebel dunia sebesar US$ 766 miliar.
Selain itu, posisi pasar mebel Indonesia berada di posisi 17 dunia, di bawa negara-negara tetangga. "Di bawah Vietnam yang peringkat dua dan di bawah Malaysia yang peringkat 12," kata mantan pengusaha mebel tersebut.
Jokowi juga menyoroti belanja mebel atau furnitur sektor pemerintah dan BUMN yang masih dikuasai oleh produk impor. Presiden menyebut, belanja untuk pengadaan mebel untuk pemerintah dan BUMN mencapai Rp 17 triliun pada 2023.
"Oleh sebab itu, segera masukkan semua produksi mebel kita ke e-katalog agar memudahkan," kata Jokowi.