Pemerintah Antisipasi Pelemahan Rupiah terhadap Harga Pangan & Inflasi

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.
Pekerja melakukan bongkar muat gula kristal putih impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/4/2023).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
9/10/2023, 16.27 WIB

Harga pangan yang bergantung pada impor berpotensi terkerek naik. Hal ini terjadi di tengah kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah.

Dampak besar dari kondisi tersebut, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi, adalah kenaikan inflasi pada akhir 2023. Ia telah berdiskusi dengan Bank Indonesia terkait hal itu. Sebagai solusi adalah strategi lindung nilai atau hedging untuk para importir pangan.

Langkah itu menjadi penting di tengah rencana he Fed (The Federal Reserves, bank sentral AS) akan menaikkan suku bunga acuan 20 sampai 25 basis poin sampai akhir tahun. "Kami sudah tahu antisipasinya adalah hedging. Itu sudah disampaikan ke importir," kata Arief di depan Gedung A Kementerian Pertanian, Senin (9/10).

Bank Indonesia mendata nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.628 per Dolar Amerika Serikat pada pekan lalu, Jumat (9/10). Angka tersebut telah tumbuh 36 poin secara tahun berjalan atau dari posisi Rp 15.592 pada akhir 2022.

Arief menyebutkan beberapa komoditas yang masih bergantung pada impor adalah kedelai, gandum, gula konsumsi, dan bawang putih. Kedua komoditas terakhir masuk dalam daftar yang diawasi Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) pada pekan ini.

HARGA BAWANG PUTIH NAIK DI MADIUN (ANTARA FOTO/Siswowidodo/aww.)

Antisipasi Bapanas

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan NFA Maino Dwi Hartono mengaku akan mengantisipasi harga bawang putih pada pekan ini. Sebab, proses impor bawang putih ke dalam negeri kini terganggu.

Maino mencatat 95% kebutuhan bawang putih nasional dipasok dari pasar global, khususnya dari Cina. Namun total persetujuan impor bawang yang telah diterbitkan sejauh ini baru sejumlah 500.000 ton dari total kuota 2023 sekitar 900.000 ton.

"Kami lihat trennya aga mengalami kenaikan, yang biasanya harga bawang putih Rp 25.000 per kilogram, kini mencapai Rp 35.000 kilogram," ujar Maino.

NFA mendata rata-rata nasional harga bawang putih bonggol telah mencapai Rp 36.800 per kilogram per hari ini, Senin (9/10). Angka tersebut telah naik 44,88% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 25.400 per kilogram.

Karena itu, Maino merekomendasikan agar Kementerian Perdagangan memaksimalkan penerbitan perizinan impor bawang putih untuk menstabilisasikan harga bawang putih di dalam negeri.

Di sisi lain, Maino mengatakan harga beras secara nasional kini masih tinggi walaupun pemerintah telah menggelontorkan beras pemerintah. NFA mendata rata-rata nasional harga beras premium masih tumbuh menjadi Rp 14.940 per kilogram (Kg) hari ini.

Namun, rata-rata nasional harga beras medium tercatat mulai turun pada awal bulan ini menjadi Rp 13.240 per Kg pada hari ini, Senin (9/10). Maino mengatakan hal tersebut merupakan hasil penggelontoran beras pemerintah sejak 15 September 2023.

Bolume beras pemerintah yang telah disalurkan ke Pasar Induk Beras Cipinang atau PIBC mencapai sekitar 6.000 ton sampai saat ini. Alhasil, beras di PIBC telah turun sekitar Rp 1.000 per kilogram menjadi hingga Rp 11.050 per kilogram.

Maino mengakui harga beras medium di pasar masih berada di atas harga eceran tertinggi. NFA telah mengubah HET beras medium pada awal tahun ini.  Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali. NTB, dan Sulawesi senilai Rp 10.900. Sebelumnya HET beras medium zona I senilai Rp 9.450 per kilogram.

Untuk Zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumatera Selatan, NTT, dan Kalimantan senilai Rp 11.500 per kilogram. Zona 3 meliputi Maluku dan Papua sebesar Rp 11.800 per kilogram.s

Reporter: Andi M. Arief