Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan volume produksi minyak sawit mentah pada tahun ini akan naik 3,81%. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya minimnya dampak El Nino.
Dewan Pengawas Gapki Joko Supriyono memproyeksikan produksi minyak sawit sepanjang tahun ini mencapai 53,19 juta ton atau naik 3,81% secara tahunan. Secara rinci, produksi crude palm oil (CPO) naik 3,9% menjadi 48,55 juta ton, sementara minyak inti sawit mentah atau PKO tumbuh 2,76% menjadi 4,64 juta ton.
Joko menjelaskan pendorong pertumbuhan produksi tersebut adalah minimnya efek El Nino pada daerah produsen CPO, yakni Pulau Sumatra dan Kalimantan. Joko mengatakan level El Nino saat ini moderat yang membuat curah hujan di kedua pulau tersebut masih cukup untuk mendukung produksi CPO.
"Penurunan curah hujan di Sumatra dan Kalimantan dapat ditoleransi karena angka curah hujan ini belum menghasilkan defisit air," kata Joko dalam Indonesian Palm Oil Conference 2023, di Bali, Jumat (3/11).
Joko menjelaskan curah hujan ideal bagi produktivitas optimum CPO adalah 200 milimeter. Joko menemukan curah hujan di Kalimantan dan Sumatra telah turun menjadi di bawah 200 mm akibat El Nino.
Namun, Joko menilai penurunan curah tersebut tidak akan mengganggu produktivitas CPO tahun ini lantaran belum masuk ke kondisi defisit air. Menurutnya, kondisi defisit air adalah saat curah hujan di bawah 100 mm.
Meski begitu, Joko menyebut ada beberapa faktor yang menekan pertumbuhan produksi CPO tahun ini. Faktor-faktor tersebut adalah harga pupuk yang tinggi, lambatnya peremajaan pohon, dan perubahan siklus panen.
Proyeksi Produksi Sawit 2024
Chairman TransGraph Consulting Nagaraj Meda meramalkan produksi CPO Indonesia pada tahun depan mencapai 45,14 juta ton. Angka proyeksi tersebut susut 7% dibandingkan dengan proyeksi Gapki tahun ini, yakni 48,55 juta ton.
Sementara itu, Meda memprediksi produksi CPO di Malaysia mencapai 17,54 juta ton atau susut 4,3% dari prediksinya terkait produksi CPO di Negeri Jiran sebanyak 18,33 juta ton.
Oleh karena itu, total produksi CPO di Indonesia dan Malaysia tahun depan diperkirakan mencapai 62,68 juta ton. Namun, Meda memproyeksikan volume ekspor dari Malaysia dan Indonesia hanya sebesar 39,6 juta ton atau turun 7,73% dari proyeksi tahun ini sejumlah 42,92 juta ton.
Meda mengatakan penurunan volume ekspor tersebut disebabkan peningkatan konsumsi domestik dan penurunan produksi di masing-masing negara.
Maka dari itu, Meda meramalkan harga CPO dapat menembus US$ 1.000 per ton pada 2024. Menurutnya, harga tersebut akan tercapai pada akhir Januari dan kembali ke level US$ 800 per ton pada kuartal ketiga tahun depan.
Oleh karena itu, Meda memprediksi rata-rata harga CPO pada paruh pertama tahun depan adalah US$ 800 per ton. Menurutnya, nasib harga CPO akan bergantung pada dampak El Nino pada produksi CPO pada paruh kedua tahun depan.
Jika dampak El Nino lebih parah, Meda meramalkan harga CPO dapat mencapai US$ 1.100 per ton. "Oleh karena itu, saya memproyeksikan rata-rata harga CPO mendekati US$ 900 per ton pada 2024," kata Meda.