Harga Cabai Tembus Rp 180 Ribu, Bapanas Ramal Masih Terus Naik

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/rwa.
Pedagang menimbang cabai rawit untuk pembeli di Pasar Kamis Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (30/11/2023). Harga cabai rawit jenis samia sejak tiga hari terakhir naik dari Rp80 ribu menjadi Rp110 ribu per kilogram yang disebabkan kurangnya hasil panen petani sedangkan permintaan dari wilayah Sulawesi Utara tinggi.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
13/12/2023, 17.11 WIB

Badan Pangan Nasional atau Bapanas mewaspadai harga cabai yang masih berpotensi naik hingga Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Rata-rata harga cabai rawit merah secara nasional saat ini mencapai Rp 88 ribu per kg, dengan harga tertinggi menembus Rp 180 ribu per kg.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas Maino Dwi Hartono meramalkan harga semua jenis cabai akan terus naik hingga awal tahun depan. Kekurangan produksi yang diproyeksi terjadi hingga pertengahan Januari 2024 akan menjadi penyebabnya. Ia pun memperkirakan, harga cabai akan mulai melandai pada pertengahan Januari 2024 karena sebagian wilayah produsen baru masuk masa panen.

"Sampai akhir Desember 2023 dan awal Januari 2024 harga cabai masih tinggi dan ada kemungkinan terus naik," kata Maino kepada Katadata.co.id, Rabu (13/12).

Bapanas mendata harga rata-rata nasional cabai rawit merah telah menyentuh Rp 88.570 per kilogram hari ini, Rabu (13/12), nak 64,59% dibandingkan akhir 2022 Rp 53.810 per kg. Sementara itu, rata-rata nasional harga cabai merah keriting mencapai Rp 70.850 per kg hari ini, naik 92,63% dibandingkan akhir tahun lalu Rp 36.780 per kg.

Harga cabai rawit merah dan cabai merah keriting tertinggi ditemukan di Halmahera Tengah dan Halmahera Barat mencapai Rp 18o ribu per kg dan Rp 120 ribu per kg. 

Maino menilai harga cabai masih akan naik lantaran sebagian wilayah produsen sudah memasuki musim penghujan. Hujan dapat menyebabkan proses panen cabai akan terganggu dan berpotensi menggerus lebih jauh ketersediaan cabai di pasar.

"Kalau tidak dipetik karena hujan, pasokan berkurang. Namun kalau terlalu cepat dipetik, maka cabai akan cepat busuk yang akhirnya akna berpengaruh pada harga," ujarnya.

Maino menyampaikan, tantangan stabilisasi pasokan dan harga cabai lebih sulit dibandingkan beras. Karakter konsumsi masyarakat di dalam negeri adalah mengonsumsi cabai segar, sedangkan umur simpan cabai segar sangat pendek.

Ia mengatakan, strategi stabilisasi harga dan pasokan cabai sejauh ini tidak banyak berubah, yakni subsidi transportasi. Menurutnya, subsidi tersebut akan membuat harga jual di tingkat petani dan pasar induk sama.

Maino mencatat, perubahan dalam strategi tersebut adalah meningkatkan pasokan cabai ke DKI Jakarta dari beberapa daerah produsen. Ia menyebutkan langkah ini akan dilakukan bersama Kementerian Pertanian.

Beberapa daerah produsen cabai yang akan memasok cabai ke Ibu Kota ada di Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat. Secara rinci, kelompok petani cabai di daerah tersebut akan fokus mengisi pasokan cabai di Jakarta dalam waktu dekat.

"Ini kerja sama dengan Kementan, jadi harga cabainya pasti lebih rendah. Namun cabai memang berbeda dari komoditas lain karena tidak bisa disimpan dengan waktu lama," katanya.

https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/6549e8bd245d7/harga-cabai-tembus-rp-150-ribukg-apa-penyebabnya

Reporter: Andi M. Arief