Asosiasi: Peternak Merugi, Disparitas Harga Daging Sapi Terlalu Tinggi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.
Calon pembeli memilih daging sapi di Pasar Minggu, Jakarta, Senin (2/10/2023).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
9/1/2024, 14.08 WIB

Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia atau PPSKI menyebut disparitas harga daging sapi di tingkat peternak dan pasar terlalu tinggi atau hampir Rp 90 ribu per kilogram. Padahal, para peternak saat ini dalam kondisi merugi. 

Harga yang diterima peternak sampai sekarang belum pulih dari wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada tahun lalu. Ketua Umum PPSKI Nanang Purus Subendro mengatakan harga daging sapi yang diterima peternak Rp 45 ribu sampai Rp 47 ribu per kg. Padahal, harga pokok produksi daging sapi di tingkat peternak saat ini Rp 47 ribu per kg.

Idealnya harga daging sapi di tingkat peternak Rp 50 ribu per kg. "Peternak sekarang dalam posisi merugi. Kami harap momen Ramadan 2024 jadi era kebangkitan peternak sapi Indonesia," kata Nanang kepada Katadata.co.id, Selasa (9/1).

Biaya produksi daging sapi saat ini tinggi karena naiknya harga pakan. Kondisi ini dipicu tingginya harga pakan gandum yang berasal dari Rusia maupun Ukraina. Kedua negara tersebut kini sedang berperang. 

Nanang menduga disparitas harga paling besar terjadi di pasar. "Harga di tingkat peternak itu masih sangat murah. Ini kelihatannya ada pihak dalam rantai pasok yang mengambil keuntungan terlalu tinggi," ujarnya.

Trading Economics mendata harga gandum di pasar internasional mengalami tren pelemahan sepanjang 2023. Harga gandum internasional mencapai US$ 602,27 per ton kemarin, Senin (8/1), atau susut 18,42% secara tahunan.

Lalu, Badan Pangan Nasional alias Bapanas mendata rata-rata nasional harga daging sapi di dalam negeri stabil di angka Rp 134 ribu per kg selama paruh kedua 2023. Daging sapi murni dilego Rp 134.670 per kg pada hari ini, Selasa (8/1).

Pemprov DKI Jakarta tingkatkan stok daging jelang Natal dan Tahun Baru 2024 (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaj)

Pasokan Daging Sapi Nasional

Nanang mengatakan sebagian besar peternak masih menahan penjualan ternaknya untuk menunggu Ramadan 2024. Momen ini menjadi kenaikan harga daging pada umumnya karena lonjakan konsumsi.

Pasokan daging sapi lokal saat ini, menurut dia, dapat mencukupi lonjakan permintaan selama Maret 2024. Namun, ia mengakui, populasi ternak di dalam negeri masih rendah. Angkanya bahkan lebih rendah dari data BPS yang menyebut 17,25 juta ekor pada 2022.

Dengan kondisi tersebut ia meminta agar pemerintah tidak meningkatkan volume impor daging kerbau dari India tahun ini. Seperti diketahui, Perum Bulog mendapatkan kuota impor daging kerbau sejumlah 150 ribu ton sepanjang tahun ini dari India.

Lalu, PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food mendapatkan kuota impor daging sapi hingga 20 ribu ton dari Brasil. "Kami minta daging impor yang masuk sebelum Ramadan 2024 jangan lebih dari 100 ribu ton. Akan berantakan lagi peternak sapi pedaging nasional kalau dihantam daging kerbau dari India," ucap Nanang.

Reporter: Andi M. Arief