Perusahaan tekstil asal Cina berencana membangun pabrik di Indonesia. Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, perusahaan tersebut merupakan pemasok untuk merek-merek besar seperti Nike, Adidas, Puma, hingga Uniqlo.
"Mereka ini ibarat Foxconn untuk Apple, perusahaan ini adalah “Foxconn” nya untuk Nike, Adidas, Puma hingga Uniqlo," ujar Luhut dikutip dari akun resmi Instagramnya.
Luhut menjelaskan, komitmen investasi tersebut diperoleh dari kunjungan kerja Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Septian Hario Seto dan tim ke Ningbo Cina. Menurut Luhut, Seto cukup takjub saat mengunjungi perusahaan tekstil yang terintegrasi secara vertikal tersebut. Salah satunya soal perlakuan perusahaan kepada karyawan.
"Hampir seluruh karyawan beserta keluarga mereka menempati asrama yang disediakan oleh perusahaan. Mereka juga mendapatkan jatah makan gratis 3 kali sehari," ujar Luhut.
Luhut mengatakan, Chairman perusahaan tekstil tersebut menilai karyawan adalah prioritas pertama. "Jika karyawan senang, maka mereka akan berkontribusi besar kepada perusahaan," kata Luhut.
Luhut menekankan rencana investasi ini menunjukkan, Indonesia masih menjadi pilihan bagi Cina meski ekonomi negara tersebut tengah berada dalam kondisi yang tak cukup baik. Selain Garmen, perusahaan yang memproduksi panel surya atau kaca fotovoltaik juga ingin menanamkan investasi mencapai senilai 3,5-4 miliar dolar AS atau sekitar Rp55-Rp62,9 triliun.
“Akan masuk photovoltaic glass di Kalimantan Utara, itu investasinya 3,5-4 miliar dolar AS,” ujar Luhut.
Ia menjelaskan, kedua investasi itu akan berdampak besar ke Indonesia karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
BYD Groundbreaking Pabrik pada Juli
Kunjungan Seto ke Cina juga memastikan rencana investasi produsen mobil listrik, BYD. Mereka akan mulai membangun pabrik atau groundbreaking pada Juli.
"BYD sangat antusias dengan investasi ke Indonesia dan targetnya di awal 2026, pabrik mereka bisa mulai berproduksi secara komersial di tanah air," kata dia.
Lubut mengatakan, pihaknya banyak menerima pertanyaan terkait investasi ke Indonesia. Sebagian besar, menurut dia, justru pada industri yang tidak berkaitan dengan nikel. Ia menilai, para investor asing ini melihat transformasi ekonomi Indonesia yang luar biasa.
"Ditambah lagi hasil Pemilu kali ini juga menjadi pertimbangan mereka bahwa ada keberlanjutan dari apa yang dikerjakan oleh Presiden Jokowi," kata dia.