Pengusaha: Harga Barang akan Naik jika Rupiah Terus Melemah

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.
Ilustrasi. Harga barang berpotensi naik akibat pelemahan rupiah.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
18/4/2024, 11.19 WIB

Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo memperkirakan pelemahan rupiah yang berlanjut dapat berdampak pada harga jual industri manufaktur. Kenaikan harga terutama akan terjadi jika rupiah terus melemah hingga bulan depan.  

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menjelaskan 80% dari total impor nasional terdiri dari bahan baku dan barang modal. Dengan demikian, pelemahan rupiah secara otomatis meningkatkan biaya produksi domestik.

"Oleh karena itu, terbuka kemungkinan adanya kenaikan harga jual produk manufaktur di pasar bila pelemahan ini terjadi lebih dari satu bulan,"  kata Shinta kepada Katadata.co.id, Kamis (18/4).

Shinta menduga, sebagian pabrikan sementara itu akan mengurangi volume produksi untuk menekan kenaikan biaya produksi seperti tahun lalu. Namun, ia mengakui tidak semua pabrikan dapat melakukan strategi tersebut.

"Tahun lalu kami lihat beberapa industri secara sukarela menghentikan produksi sementara karena bahan baku impor mahal yang disebabkan pelemahan nilai tukar," katanya.

Berdasarkan data Bank Indonesia, rupiah mengalami pelemahan pada 21 Maret sampai 2 April 2024 ke posisi Rp 15.934 per Dolar Amerika Serikat. Rupiah tampak membaik sebelum akhirnya kembali memburuk setelah Lebaran 2024 dan menyentuh Rp 16.240 per Dolar Amerika Serikat kemarin, Rabu (17/4).

Nilai tukar rupiah terakhir menembus level Rp 16.000 per Dolar Amerika Serikat adalah saat krisis moneter 1998. Walau demikian, inflasi saat itu mencapai 78,2%, sedangkan inflasi Maret 2024 hanya 3,05%.

Shinta menilai, pelemahan rupiah dapat mendorong inflasi lebih besar jika pemerintah tidak bisa mengendalikan kondisi tersebut.  Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan penjualan di pasar dan konsumsi masyarakat dapat melambat.

"Alhasil, tidak tertutup kemungkinan inflasi beberapa bulan ke depan akan di luar target inflasi nasional bulan dalam satu bulan pemerintah tidak bisa menstabilkan atau menguatkan penguatan nilai tukar," ujarnya.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede sebelumnya memperkirakan cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan terus turun akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Pelemahan ini terjadi karena ketidakpastian ekonomi global yang membuat rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS)

Josua bahkan memprediksi pelemahan cadangan devisa akan berlangsung sampai kuartal II 2024 karena masih tingginya ketidakpastian global dan kebutuhan impor dalam mengendalikan inflasi domestik.

"Penurunan cadangan devisa [terjadi] karena masih tingginya ketidakpastian global terutama terkait ekonomi AS dan arah suku bunga The Fed, serta terdapat kebutuhan dividen dan pembayaran kupon ke investor asing (non-residen)," kata Josua dikutip dari Antara, Kamis (18/4).

Reporter: Andi M. Arief