Modal Asing Kabur Rp 21,6 Triliun, Rupiah Jeblok Mendekati 16.300

Fauza Syahputra|Katadata
Ilustrasi. Dolar AS hampir mendekati level Rp 16.300 pada perdagangan akhir pekan ini.
Penulis: Agustiyanti
20/4/2024, 13.45 WIB

Nilai tukar rupiah melemah 412 poin dan ditutup di level 16.260 per dolar AS pekan ini usai libur panjang Lebaran. Rupiah melemah seiring modal asing yang keluar dari pasar portofilio di dalam negeri mencapai Rp 21,46 triliun hingga Kamis (17/4). 

Departemen Komunikasi Erwin Haryono menjelaskan, asing tercatat melakukan jual neto mencapai Rp 9,79 triliun di pasar SBN, Rp 3,67 triliun di pasar saham, dan Rp 8 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

"Sepanjang tahun 2024 berdasarkan data setelmen hingga 18 April 2024, nonresiden jual neto Rp38,66 triliun di pasar SBN, beli neto Rp15,12 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp12,90 triliun di SRBI," ujar Erwin dalam keterangan pers, akhir pekan ini. 

Ia menjelaskan, premi CDS Indonesia 5 tahun per 18 April 2024 sebesar 76,40 bps, turun dibandingkan posisi 12 April 2024 sebesar 77,24 bps. Sementara imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun naik ke level 6,93%. 

Adapun indeks dolar AS pada Jumat (19/3) berakhir di level 106,4, sedangkan imbal hasil surat berharga AS tenor 10 tahun naik ke level 4,33%.  

"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujar Erwin. 

Analis pasar uang Lukman Leong menilai, rupiah melemah pekan ini, antara lain imbas rilisnya  data klaim pengangguran AS yang lebih kuat dari perkiraan. Data tersebut membuat kemungkinan bank sentral AS tak menurunkan suku bunga. 

“Rupiah juga melemah karena pernyataan hawkish dari pejabat bank sentral AS The Federal Reserve, Raphael Bostic,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Jumat (19/4).

Presiden Federal Reserve Bank area Atlanta mengatakan, bank sentral perlu mempertimbangkan kenaikan suku bunga jika inflasi tidak bergerak menuju 2% seperti sasaran bank sentral. 

“Jika inflasi terhenti atau bahkan mulai bergerak ke arah sebaliknya, saya rasa tidaka ada pilihan lain selain merespons hal tersebut,” ujar dia.